ASIATODAY.ID, JAKARTA – Virus corona yang mewabah di China berpotensi menurunkan perekonomian China sehingga akan berimbas pada perekonomian Indonesia. Karena itu, Indonesia perlu melakukan langkah antisipasi sedini mungkin agar sentimen negatifnya tidak terlalu dalam.
“Kita lihat dari hitung-hitungannya, kalau perekonomian China turun satu persen maka perekonomian Indonesia itu kenanya 0,3 persen,” terang Ekonom Senior Mari Elka Pangestu melansir Antara, di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Menurut Mari, hal tersebut bisa terjadi karena China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia khususnya melalui permintaan batu bara dan kelapa sawit yang akan turun.
“Karena masuknya dari harga dan permintaan komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit yang demand-nya besar di China” ujarnya.
Tak hanya itu, Mari juga memandang dampak virus corona terhadap penurunan ekonomi Indonesia juga melalui sektor pariwisata yaitu menurunnya wisatawan dari China maupun negara lain.
“Misalnya satu tahun dampaknya maka ada dua juta wisatawan dari China yang tidak datang dengan spending rata-rata USD1.000 per orang yang artinya itu USD2 miliar yang tidak masuk ke devisa kita,” jelasnya.
Di sisi lain, Mari menuturkan pemerintah masih harus terus memantau perkembangan dari penyebaran virus corona yang akan memberikan dampak untuk perekonomian Indonesia maupun global.
“Kalau dampak ekonomi mungkin kita harus melihat apa yang akan terjadi karena masih banyak yang tidak diketahui atau yang tidak pasti,” jelasnya.
Ia mengatakan pemerintah juga perlu berkaca dari kasus wabah SARS pada 2003 yang mampu mempengaruhi perekonomian China serta negara lain seperti Hong Kong.
Mari menjelaskan kasus SARS saat itu berlangsung selama delapan bulan dengan menelan korban jiwa sebanyak 800 orang serta mencetak 8 ribu kasus yang 80 persennya terjadi di China dan Hong Kong.
“Itu menyebabkan ekonomi China turun di sekitar kuartal pertama dua persen selanjutnya satu persen. Rata-rata turunnya satu persen. Tapi waktu itu China ekonominya dari 11 persen jadi 10 persen,” katanya.
Mari menuturkan pada kasus virus corona yang baru berlangsung sekitar dua bulan ini telah mampu menyebabkan 300 orang meninggal, 17 ribu kasus, serta menyebar ke 24 negara.
“Kalau kita asumsi dia polanya mirip SARS tentunya akan ada dampak pada perekonomian China dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar pemerintah dapat mengantisipasi risiko-risiko virus corona seperti kesigapan untuk mendeteksi dan melakukan karantina jika ada yang terkena virus.
Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penghentian impor barang dari China terutama untuk hewan sebab tidak semua produk membawa virus corona.
“Apakah Indonesia harus mencari pasar yang baru untuk antisipasi, ini perlu didalami,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post