ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wabah virus corona tidak saja hanya merenggut korban jiwa dan membuat ribuan orang terinfeksi, namun dampaknya juga mengguncang sektor ekonomi.
China tercatat sebagai negara yang ekonominya paling terguncang seiring dengan menyebarnya virus corona di kota Wuhan. Para ekonom memprediksi, virus yang telah menewaskan setidaknya 80 orang ini dapat menekan pasar saham China dan industri keuangan lainnya.
Saat ini dampak virus corona semakin terasa langsung terhadap pasar Asia, menurut para ekonomi dampak tidak terlalu berpengaruh besar pada saham AS meskipun investor telah bergerak ke sektor obligasi AS.
Tercatat, pasar saham di Shanghai turun hampir 2,8 persen pada pekan lalu. Mata uang yuan China juga melemah akibat pemerintah mengambil langkah untuk menutup transportasi umum di Wuhan.
Sementara itu, bursa saham AS melemah pada perdaganan Kamis dengan indeks Dow jatuh sebanyak 219 poin, tapi itu hanya sedikit lebih rendah dalam perdagangan sore setelah Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan terlalu dini untuk menyebut virus korona sebagai darurat global.
Direktur Operasi Union Bank of Switzerland (UBS) Art Cashin mengatakan, virus tersebut mengakibatkan pelemahan ekonomi secara global jika hanya menyebar di China dan akan berdampak lebih besar jika tersebar sampai AS.
Sedangkan Kepala Investasi di Bleakley Global Advisors Peter Boockvar menilai, tanggapan China sangat kontras reaksinya yang lebih lambat selama penyebaran SARS, yang merupakan wabah paling banyak menelan korban dibandingkan dengan virus saat ini.
Respons global jauh lebih proaktif, ungkap Peter, dan China menjadi jauh lebih transparan. Virus itu nampak kurang ganas. Di sisi lain dunia lebih mobile sekarang karena kemungkinan menyebar dengan cepat.
“Ketika kami membandingkannya dengan SARS, sepertinya tingkat kematian lebih rendah. Titik baliknya adalah bahwa China jauh lebih terhubung dengan negara-negara lain di dunia daripada pada tahun 2003. Saya pikir jumlah orang dari China yang terbang di seluruh dunia telah naik lima hingga 10 kali lipat dibandingkan tahun 2003, ” kata kepala ekonom Asia di Capital Economics Mark Williams.
Sementara itu, Secara global, minyak dan produk minyak olahan, seperti bahan bakar jet, diesel dan bensin, telah dilanda kekhawatiran virus ini akan memperlambat transportasi global dan perdagangan dingin serta perjalanan di Cina.
Futures minyak mentah Brent turun 4,5 persen untuk minggu ini sejauh ini, hampir sama dengan tembaga berjangka, yang telah jatuh di tengah kekhawatiran perlambatan China dapat mengganggu pertumbuhan global. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post