ASIATODAY.ID, SANTIAGO – Para ilmuwan di University of Chile menyebutkan, lebih dari 30.000 gempa telah mengguncang Antartika sejak akhir Agustus. Lonjakan aktivitas seismik ini menarik minat para peneliti yang mempelajari benua terpencil yang tertutup salju itu.
Para ilmuwan dari National Seismological Center universitas mengatakan gempa kecil – termasuk satu guncangan kuat berkekuatan 6 – terdeteksi di Selat Bransfield, saluran laut selebar 60 mil (96 km) antara Kepulauan Shetland Selatan dan Semenanjung Antartika.
Beberapa lempeng tektonik dan lempeng mikro bertemu di dekat selat, menyebabkan seringnya wilayah itu bergemuruh. Akan tetapi, gemuruh yang dirasakan dalam tiga bulan terakhir ini sangat tidak biasa.
“Sebagian besar kegempaan terkonsentrasi pada awal rangkaian, terutama selama bulan September, dengan lebih dari seribu gempa bumi sehari,” kata pusat tersebut, dikutp dari Reuters, Kamis (17/12/2020).
Getaran menjadi begitu sering terjadi sehingga selat itu sendiri, yang dulu bertambah lebarnya dengan kecepatan sekitar 7 atau 8 mm (0,30 inci) setahun, sekarang berkembang 15 cm (6 inci) setahun.
“Peningkatannya mencapai 20 kali lipat, yang menunjukkan bahwa saat ini, Kepulauan Shetland terpisah lebih cepat dari semenanjung Antartika,” kata Sergio Barrientos, direktur National Seismological Center kepada Reuters.
Semenanjung ini adalah salah satu tempat dengan pemanasan tercepat di Bumi, dan para ilmuwan memantau dengan cermat dampak perubahan iklim pada gunung es dan gletsernya.
Namun ilmuwan iklim Raul Cordero dari Universitas Santiago mengatakan belum jelas bagaimana getaran itu dapat memengaruhi es di kawasan itu.
“Tidak ada bukti bahwa aktivitas seismik semacam ini memiliki efek signifikan pada stabilitas lapisan es kutub,” kata Cordero kepada Reuters. (ATN)
Discussion about this post