ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia membutuhkan investasi sekitar USD187 miliar hingga 2030 untuk meningkatkan produksi minyak dan gas (migas).
“Jika dirinci, rata-rata kebutuhan investasi setiap tahunnya mencapai sekitar USD18 miliar. Dengan tingkat capaian investasi dikisaran USD10 hingga USD11 miliar, terdapat gap yang masih besar,” kata Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif dalam keterangan resmi, Senin (20/12/2021).
Arifin menyebutkan bahwa target peningkatan produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030. Hal ini mustahil bisa dicapai tanpa adanya peningkatan investasi.
Dalam rapat kerja Rapat Kerja SKK Migas 2021, Arifin mengingatkan, meningkatnya harga minyak dunia tidak serta merta meningkatkan investasi hulu migas.
Perubahan strategi bisnis perusahaan minyak dunia yang mulai memberikan investasi ke EBT menjadi tantangan bersama agar sektor hulu migas tetap menjadi salah satu tujuan investasi.
Terkait hal tersebut, pemerintah akan terus memberikan dukungan untuk pengembangan industri hulu migas nasional.
Sejauh ini, pemerintah telah melakukan penyederhaan proses perizinan dan memberikan insentif fiskal maupun nonfiskal.
Pemerintah juga telah membebaskan investor untuk memilih jenis kontrak yang dianggap memberikan tingkat keekonomian yang lebih sesuai keinginan, apakah PSC Cost Recovery atau PSC Gross Split.
“Pemerintah juga telah menghilangkan biaya signature bonus sehingga investor bisa memasukkan biaya ini sebagai bagian dari biaya operasi agar kebutuhan investasi dapat diturunkan. Kebijakan lainnya seperti DMO Price yang diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan investor menanamkan modalnya di industri hulu migas,” imbuh Arifin. (ATN)
Discussion about this post