ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri mencatat 16 perusahaan global tengah menjajaki investasi di Indonesia dengan nilai lebih dari USD13 miliar.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut termasuk perusahaan baterai asal Korea Selatan dan mobil listrik dengan perkiraan nilai USD11 miliar dan perusahaan Jepang senilai USD2,07 miliar.
“Ada lima perusahaan telah mendaftarkan diri sebagai perusahaan baru di Indonesia dengan potensi realisasi nilai investasi mencapai USD358 juta,” kata Retno dalam keterangan Jumat (23/10/2020).
Sejauh ini, perusahaan yang sudah berproses mengurus perizinan di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebanyak delapan perusahaan. Total nilai investasinya mencapai USD796,7 juta.
Tujuh perusahaan mulai profit taking atau menetas dengan nilai investasi USD915 juta.
“Pandemi Covid-19 membuat sejumlah perusahaan memutuskan merelokasi pabriknya. Hal itu yang dilakukan perusahaan komponen elektronik asal Jepang, Sagami, dengan nilai investasi USD50 juta dan menyerap 6.500 tenaga kerja,” jelasnya.
Tak hanya itu, Panasonic juga merelokasi pabriknya dengan nilai investasi USD30 juta. Diperkirakan tenaga kerja yang terserap mencapai 1.940 orang.
Retno mengatakan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sejak awal telah membentuk Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi (TPPE) sebagai strategi diplomasi untuk membantu pemerintah menangani dampak ekonomi akibat pandemi.
Kemlu bekerja sama dengan BKPM dan perwakilan RI di luar negeri melakukan one-on-one marking investasi, dengan tujuan melancarkan realisasi investasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan bahwa sudah ada 153 investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia.
“Ada relokasi beberapa negara seperti Korea, Taiwan, Jepang, Amrika Serikat, Thailand, dan beberapa negara Eropa,” katanya melalui konferensi virtual, Kamis (7/10/2020).
Bahlil menjelaskan bahwa dari 153 perusahaan tersebut, beberapa diantaranya juga dari dalam negeri.
“Ini bukti omnibus law berdampak positif bagi penanaman modal,” jelasnya.
Sektor investasi yang mereka minati sangat beragam mulai dari infrastruktur, industri manufaktur, perkebuan, kehutanan, pertambangan, energi, bahkan kesehatan.
“Selama ini mereka tidak berinvestasi karena perizinan di Indonesia berbelit-belit. Dengan adanya omnibus law, sekarang mereka siap berinvestasi,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post