• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Pertumbuhan Pesat Ekonomi Digital Global Butuh Respons Kebijakan yang Koheren

Pertumbuhan pelantar ketenagakerjaan digital menciptakan peluang dan tantangan bagi pekerja dan bisnis serta kebutuhan akan dialog kebijakan.

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
February 24, 2021
in News
3 min read
0
Pertumbuhan Pesat Ekonomi Digital Global Butuh Respons Kebijakan yang Koheren

Laporan ILO bertajuk “World Employment and Social Outlook 2021: The role of digital labour platforms in transforming the world of work”. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
63 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JENEWA – Pelantar ketenagakerjaan digital meningkat lima kali lebih besar di seluruh dunia selama dasawarsa lalu, demikian laporan terbaru ILO ‘Pandangan Ketenagakerjaan dan Sosial Dunia 2021’.

Pertumbuhan ini menegaskan adanya kebutuhan atas dialog kebijakan internasional dan kerja sama regulasi guna memberikan peluang pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan secara lebih konsisten.

Menurut laporan “World Employment and Social Outlook 2021: The role of digital labour platforms in transforming the world of work”, pelantar ketenagakerjaan digital memberikan peluang kerja baru, termasuk untuk perempuan, penyandang disabilitas, kaum muda dan mereka yang termarjinalisasi dalam pasar kerja tradisional.

RelatedPosts

Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta

Joe Biden dan Yoshihide Suga Sepakat Perkuat Aliansi Hentikan Agresifitas China

KPK: Suap Jadi Modus Utama Korupsi di Indonesia

Forum GAVI-COVAX: Indonesia Tolak Politisasi Vaksin

Gawat, Utang Indonesia Membengkak Hingga Rp6.169 Triliun di Februari

Pelantar-pelantar ini juga memberikan dunia usaha akses terhadap angkatan kerja yang besar dan fleksibel dengan beragam keterampilan, seraya memperluas jangkauan pelanggan mereka.

Laporan ini terfokus pada dua bentuk pelantar ketenagakerjaan digital: pelantar berbasis situs daring, di mana pekerjaan dilakukan pekerja secara daring dan jarak jauh, serta pelantar berbasis lokasi, di mana penugasan dilakukan secara perorangan di lokasi fisik yang telah ditentukan, seperti supir taksi dan pekerja pengiriman.

Temuan-temuan ini berdasarkan survei dan wawancara dengan 12.000 pekerja dan perwakilan 85 usaha dari berbagai sektor di seluruh dunia.

Tantangan baru untuk pekerja dan bisnis

Tantangan untuk pekerja berbasis pelantar ini terkait dengan kondisi kerja, peraturan kerja dan pendapatan, serta kurangnya akses terhadap hak atas perlindungan sosial, kebebasan berserikat dan perundingan bersama. Jam kerja kerap panjang dan tidak
terprediksi.

Setengah dari pekerja berbasis pelantar daring ini mendapatkan kurang dari US$2 per jam. Selanjutnya, sejumlah pelantar memiliki kesenjangan upah berdasarkan gender yang besar. Pandemi COVID-19 semakin menyingkapkan banyak permasalahan, menurut laporan ini.

Banyak usaha menghadapi tantangan terkait dengan persaingan yang tidak adil, ketidaktransparanan data dan harga, serta tingginya biaya komisi. Usaha kecil dan menengah (UKM) pun menghadapi kesulitan mengakses keuangan dan infrastruktur digital.

Peluang baru yang diciptakan pelantar ketenagakerjaan digital semakin mengaburkan batasan yang sebelumnya jelas antara pekerja dan pekerja mandiri. Kondisi kerja lebih banyak diatur berdasarkan kesepakatan sesuai dengan persyaratan yang diberikan pelantar, yang kerap kali tidak diputuskan secara bersama. Algoritma semakin menggantikan manusia dalam mengalokasikan dan mengevaluasi pekerjaan serta dalam mengelola dan mengawasi para pekerja.

Dengan pelantar-pelantar yang beroperasi di berbagai jurisdiksi, kebijakan yang terpadu dan terkoordinasi diperlukan untuk memastikan mereka memberikan peluang pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan usaha yang berkelanjutan, demikian laporan.

“Pelantar ketenagakerjaan digital membuka peluang yang sebelumnya tidak ada, khususnya bagi perempuan, kaum muda, penyandang disabilitas dan kelompok yang termarjinalisasi di seluruh bagian dunia. Ini harus disambut. Tantangan baru yang  tercipta dapat diatasi dengan dialog sosial global, sehingga pekerja, pengusaha, dan pemerintah dapat menikmati manfaat dari kemajuan-kemajuan ini secara penuh dan  setara. Semua pekerja, apa pun status pekerjaannya, harus dapat menjalankan hak mendasar di tempat kerja,” ujar Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.

Kesenjangan digital

Biaya dan manfaat dari pelantar digital tidak tersebar merata di seluruh dunia.
Sembilan puluh enam persen investasi dalam pelantar ini terkonsentrasi di Asia, Amerika Utara dan Eropa. Tujuh puluh persen pendapatan terkonsentrasi di dua negara: Amerika Serikat dan China.

Pekerjaan di pelantar berbasis situs daring dialihdayakan oleh bisnis di negara maju atau global North dan dikerjakan oleh pekerja di negara berkembang atau global South, yang memperoleh pendapatan lebih sedikit dibandingkan pekerja yang berada di
negara-negara maju. Ketimpangan pertumbuhan perekonomian digital ini
melanggengkan kesenjangan dan risiko digital yang memperburuk ketimpangan.

Melangkah maju

Banyak pemerintah negara, perusahaan, dan perwakilan pekerja, termasuk serikat pekerja, telah mulai membahas permasalahan-permasalahan ini namun respons mereka bervariasi. Hal ini mengarah kepada ketidakpastian bagi semua pihak.

Sejak pelantar ketenagakerjaan digital beroperasi di berbagai jurisdiksi, dialog
kebijakan internasional dan koordinasi diperlukan untuk memastikan kepastian
regulasi dan penerapan standar ketenagakerjaan internasional, demikian menurut laporan.

Laporan ini juga menyerukan dialog sosial dan kerja sama regulasi global antara pelantar ketenagakerjaan digital, pekerja, dan pemerintah yang dengan berjalannya waktu mengarah kepada pendekatan yang lebih efektif dan konsisten menuju sejumlah tujuan untuk memastikan bahwa:

– Status ketenagakerjaan pekerja diklasifikasikan secara benar dan sejalan dengan klasifikasi nasional.
– Adanya transparansi dan akuntabilitas algoritma bagi pekerja dan bisnis.
– Pekerja pelantar yang mandiri dapat menikmati hak atas perundingan bersama.
– Semua pekerja, termasuk pekerja pelantar, memiliki akses terhadap jaminan perlindungan sosial yang memadai, melalui perluasan dan pengadaptasian kerangka kebijakan dan hukum jika diperlukan.
– Pekerja pelantar dapat mengakses jurisdiksi pengadilan di mana mereka
berlokasi jika mereka memilih. (AT Network)

Tags: Ekonomi DigitalILOILO Asia PacificInternational Labour OrganizationTransformasi Digital
Previous Post

Indonesia dan Uni Afrika Bangun Sinergi, Buka Akses AfCFTA-RCEP

Next Post

Pegadaian Ajak Masyarakat Indonesia Berinvestasi Emas Sejak Dini

Related Posts

Indonesia Merajai Pertumbuhan Ekonomi Digital di Asia Tenggara
Business

Transformasi Perbankan Digital di Asia Pasifik, Nasabah Tanpa Rekening Makin Berkurang

March 28, 2021
Investasi Startup di Indonesia Diproyeksi Kian Agresif
Business

Genggam Ekonomi Digital Asia, Startup Indonesia Didorong IPO

March 26, 2021
Diguyur Investasi USD5 Juta dari Init 6, IDCloudHost Bidik Pasar Asia
Business

Diguyur Investasi USD5 Juta dari Init 6, IDCloudHost Bidik Pasar Asia

March 24, 2021
Nutanix Ungkap 3 Tren Teknologi Digital di Asia pada 2021
Business

Nutanix Ungkap 3 Tren Teknologi Digital di Asia pada 2021

March 21, 2021
Huawei dan Telkomsel Sukses Lahirkan Ribuan Inkubator Digital di Indonesia
Business

Huawei dan Telkomsel Sukses Lahirkan Ribuan Inkubator Digital di Indonesia

March 18, 2021
Tertinggi di Dunia, Nilai Ekosistem Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp377,87 Triliun
Business

Tertinggi di Dunia, Nilai Ekosistem Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp377,87 Triliun

March 8, 2021
Next Post
Pegadaian Ajak Masyarakat Indonesia Berinvestasi Emas Sejak Dini

Pegadaian Ajak Masyarakat Indonesia Berinvestasi Emas Sejak Dini

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Kota-kota di Asia Kini Paling Mahal di Dunia
  • Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim
  • Denmark Buka Kunjungan Wisatawan Global Mulai Bulan Depan
  • Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta
  • Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.