ASIATODAY.ID, MANILA – Situasi di Laut China Selatan kembali memanas.
Penjaga pantai Filipina menggelar latihan di Laut China Selatan pada Minggu (25/4/2021).
Seorang pejabat menyebut latihan itu sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan “yurisdiksi maritim Filipina” atas perairan yang disengketakan.
Latihan di dekat Pulau Thitu yang diduduki Filipina dan Scarborough Shoal yang dikendalikan China dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat di laut yang kaya sumber daya itu.
Perselisihan diplomatik terbaru antara kedua negara dipicu oleh deteksi bulan lalu terhadap ratusan kapal Chinadi Kepulauan Spratly. Sebagian besar kapal sejak itu tersebar di seluruh kepulauan yang diperebutkan.
China yang mengklaim hampir seluruh laut – telah menolak permintaan berulang kali oleh Filipina untuk menarik kembali kapal-kapal tersebut, yang menurut Manila adalah kapal-kapal milisi maritim dan Beijing mengatakan sebagai kapal-kapal penangkap ikan.
Sebagai tanggapan, Filipina telah mengerahkan lebih banyak kapal patroli, termasuk penjaga pantai dan kapal angkatan laut. Filipina mengintensifkan pengawasan dan mencegah penangkapan ikan ilegal.
“Kami mendukung pendekatan seluruh negara dalam mengamankan yurisdiksi maritim kami,” kata juru bicara penjaga pantai Komodor Armando Balilo, dikutip dari AFP.
Latihan tersebut meliputi pelatihan navigasi, pengoperasian perahu kecil, pemeliharaan dan operasi logistik. Latihan berpusat di dekat Pulau Thitu dan Scarborough Shoal, serta pulau Batanes di utara, dan bagian selatan dan timur negara itu.
Scarborough – salah satu tempat memancing terkaya di kawasan itu – telah lama menjadi titik nyala antara Manila dan Beijing. China merebutnya dari Filipina pada 2012 menyusul ketegangan yang menegangkan.
Sementara itu, Jepang memastikan akan mengadakan latihan militer bersama dengan pasukan AS dan Prancis di barat daya negara itu mulai bulan depan, menurut Kementerian Pertahanan Jepang.
Latihan yang akan berlangsung dari 11 hingga 17 Mei, akan menjadi latihan skala besar pertama di Jepang yang melibatkan pasukan darat dari ketiga negara. Pasukan Bela Diri Darat Jepang (JGSDF) juga akan dilibatkan pada latihan itu. Latihan tersebut digelar saat Tokyo berusaha untuk memperdalam kerjasama pertahanan dengan sekutu utamanya AS untuk melawan kekiatan Beijing yang tumbuh di Laut China Timur dan Selatan.
“Prancis akan berbagi visi tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Menteri Pertahanan Nobuo Kishi kepada wartawan seperti dikutip Aljazeera, Minggu (25/4).
Dia mengatakan bahwa dengan memperkuat kerjasama antara Jepang, Amerika Serikat, dan Prancis, pihaknya ingin lebih meningkatkan taktik dan keterampilan Pasukan Bela Diri dalam mempertahankan wilayah pulau terpencil.
Paris memiliki kepentingan strategis di Indo-Pasifik kaena punya wilayah, termasuk Pulau Reunion di Samudra Hindia dan Polinesia di Pasifik Selatan.
Latihan gabungan akan diadakan di tempat pelatihan Kirishima JGSDF dan Kamp Ainoura di wilayah Kyushu dengan melibatkan latihan operasi amfibi.
Pekan lalu, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Presiden AS Joe Biden berjanji untuk bersatu melawan China dan meningkatkan kerjasama termasuk di bidang teknologi. Kedua pemimpin juga setuju untuk menentang setiap upaya “untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan di Laut Cina Timur dan Selatan”.
Pertemuan tatap muka pertama Biden dengan seorang pemimpin asing juga dimaksudkan untuk memperkuat upaya bersama antara AS, Jepang, Australia dan India.
Aliansi informal yang dikenal sebagai “Quad” itu dipandang oleh pemerintah AS yang baru sebagai benteng pertahanan melawan China di kawasan Indo-Pasifik. AS menuduh China “mengacaukan” kawasan itu dengan pembangunan pulau buatan serta fasilitas angkatan laut dan udara di Laut China Selatan. (ATN)
Discussion about this post