ASIATODAY.ID, JAKARTA – Komodo, merupakan salah satu satwa purba warisan alam dunia yang hanya hidup di bumi Indonesia. Satwa ini memiliki Outstanding Universal Value (OUV) yang tinggi sehingga populasinya harus dilestarikan agar tidak punah.
Saat ini, populasi biawak Komodo cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah total spesies Komodo pada 2018 sebanyak 2.897 individu dan bertambah 125 menjadi 3.022 individu pada 2019.
Populasi biawak komodo terkonsentrasi di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Jumlah Komodo di Pulau Nusa Kode, Gili Motang, dan Pulau Padar berturut-turut hanya ada tujuh, 69, dan 91 individu.
”Populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya adalah 5 persen dari populasi di Pulau Rinca atau sekitar 66 ekor. Bahkan populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil dengan kecenderungan sedikit meningkat di lima tahun terakhir,” terang Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno belum lama ini.
Loh Buaya di Pulau Rinca yang masih berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan salah satu lokasi kunjungan wisata. Area tersebut dilengkapi dengan pondok wisata, kafetaria, selter, dan jalan setapak, dan antara lain menjadi tempat pengamatan satwa liar dan penjelajahan.
Menurut Wiratno, salah satu upaya konservasi terhadap satwa purba ini dengan meminimalkan kontak satwa dengan manusia.
Taman Nasional Komodo (TNK) yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer (1977) dan Warisan Dunia (1991) oleh UNESCO, luasnya 173.300 hektare, meliputi 33,76 persen daratan dan 66,24 persen perairan.
Dari luasan tersebut, ada 824 hektare atau 0,4 persen yang ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Wisata Daratan dan 1.584 hektare (0,95 persen) yang ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Wisata Bahari.
Komodo dapat berkembang dan memiliki panjang hingga 3 meter dan berat hingga 68 kg.
Berikut 5 hal yang anda perlu ketahui tentang satwa puurba Komodo
1. Biawak Terbesar di Dunia
Komodo adalah biawak (kadal) terbesar dan tertinggi di dunia dengan nama latin Varanus komodoenesis.
Komodo memiliki pergerakan yang lambat yakni sekitar 8-10 kilometer per jam, akan tetapi dalam kondisi terancam atau takut, mereka dapat lari hingga kecepatan 18 kilometer per jam.
2. Kehidupan awal Komodo
Dalam buku “Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo” oleh Arnaz Mehta Erdmann, salah satu teori mengatakan Komodo berasal dari Asia atau Australia. Satwa langka ini diduga melakukan migrasi dari Australia ke Kepulauan Timur Indonesia dan tiba di Pulau Flores 900.000 tahun yang lalu.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One tahun 2009, Komodo punah dari Australia sekitar 50.000 tahun lalu. Proses migrasi ini diduga terjadi ketika ketinggian air laut lebih rendah 85 meter dibandingkan dengan kondisi di abad ke-21. Sehingga komodo dapat lebih mudah bermigrasi dari Flores ke pulau-pulau sekitarnya.
3. Komodo Betina bisa Berkembangbiak Tanpa Kawin
Pada tahun 2006, tim peneliti memverifikasi bahwa Komodo jenis betina betina dapat bereproduksi secara aseksual melalui proses yang disebut partenogenesis. Jika tidak ada jantan, komodo betina masih bisa bertelur.
Penelitian tersebut dilakukan pada dua kebun binatang di London yang merawat Komodo betina tanpa pasangan. Beberapa telur dari cengkeramannya menegaskan bahwa tidak ada jantan yang berkontribusi pada pembuahan.
4. Memiliki Penciuman Tajam
Satwa Komodo dikenal memiliki indera penciuman yang tajam. Komodo diketahui dapat mengenali bau tertentu hingga jarak 5-11 kilometer. Mereka lebih mengandalkan indera pencium dibanding indra penglihatan meskipun satwa ini memiliki penglihatan yang baik.
Ketika sedang mencium, Komodo akan menjulurkan lidahnya. Saat itu, mereka sedang menangkap partikel zat kimia dari tanah dan udara.
5. Senang Bermain
Meskipun satwa ini terlihat buas dan menyeramkan, namun Komodo merupakan hewan yang suka bermain. Individu yang bahagia telah diamati bermain dengan sekop dan sepatu. Cara individu berinteraksi dengan objek terbukti tanpa agresi atau motivasi untuk makan dan dapat dianggap sebagai bermain. (ATN)
Discussion about this post