ASIATODAY.ID, JAKARTA – Masyarakat internasional diingatkan untuk waspada.
Pasalnya, 80 persen warga di China diprediksi telah terjangkit virus Covid-19.
Laporan China Morning News menyebut jika delapan dari 10 orang di China kini telah terinfeksi Covid-19.
Data ini merupakan hasil temun dari salah satu ilmuwan asal China bernama Wu Zunyou.
Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan pada hari Sabtu bahwa “gelombang epidemi saat ini telah menginfeksi sekitar 80% orang” di negara berpenduduk 1,4 miliar tersebut.
Klaimnya tersebut dibuat di tengah kekhawatiran banyaknya orang China yang memutuskan pulang kampung ke desa selama Imlek 2023.
Dengan jutaan orang yang memutuskan kembali ke keluarganya, maka besar kemungkinan orang yang terjangkit virus Covid-19 bertambah berkali-kali lipat.
Kementerian Transportasi China memperkirakan lebih dari 2 miliar perjalanan dari kota ke desa dilakukan sepanjang momen Tahun Baru Imlek 2023. Sementara pada hari Minggu kemarin saja, dilaporkan bahwa lebih dari 26 juta perjalanan penumpang dilakukan pada malam Tahun Baru.
Dengan adanya peringatan ini, maka negara-negara di seluruh dunia diminta ikut waspada.
Belakangan, Indonesia kedatangan 210 warga China yang mendarat ke Bali menggunakan pesawat Lion Air. Bukan hanya Indonesia, Mesir juga belum lama ini menerima kembali wisatawan China yang datang ke negara mereka, bahkan disambut dengan acara sederhana.
Selama upacara penyambutan di Bandara Internasional Kairo, Wakil Menteri Mesir untuk Pariwisata dan Kepurbakalaan Ghada Shalaby menyambut para wisatawan, mengungkapkan keinginannya untuk melihat lebih banyak kelompok turis China.
Yehia Zakaria, Chairman EgyptAir Holding Company, juga menyambut baik kedatangan rombongan turis China tersebut.
Zakaria mengatakan jumlah penerbangan mingguan antara Mesir dan China akan ditingkatkan menjadi 13 mulai bulan Maret.
China Diprediksi Chaos
Kondisi Covid-19 di China diprediksi akan semakin ngeri. Apalagi setelah jutaan orang melakukan perjalanan untuk merayakan Imlek dengan keluarga mereka.
Dilansir dari RTV Online, beberapa kota di China akan merayakan Tahun Baru Imlek dengan pertunjukan kembang api besar-besaran.
Acara ini dilaksanakan setelah pemerintah daerah mencabut larangan penjualan kembang api dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, pemerintah sendiri juga telah membatasi mobilitas beberapa orang karena Covid-19.
Meski demikian, kota-kota seperti Hangzhou, Kunming, Zhengzhou, dan Changsha, yang semuanya memiliki populasi di atas 10 juta, mengizinkan penjualan kembang api, menurut majalah bisnis Yicai.
Kebijakan ini bukan hanya melanggar larangan pemerintah pusat, namun juga diprediksi akan mengakibatkan chaos di kemudian hari.
Perusahaan asal China bernaa Airfinity pada hari Rabu memperkirakan bahwa 62 juta orang dapat terinfeksi virus antara 13 dan 27 Januari 2023 alias setelah Tahun Baru Imlek.
Bukan hanya itu, kematian terkait Covid diperkirakan juga dapat mencapai puncaknya pada 36.000 sehari pada 26 Januari, naik tajam dari perkiraan sebelumnya.
Prediksi ini menyimpulkan jika dalam beberapa minggu ke depan, akan ada jutaan orang berebut RS karena dinyatakan positif Covid-19.
“Kami memperkirakan beban yang signifikan pada sistem perawatan kesehatan China untuk dua minggu ke depan dan kemungkinan banyak pasien yang dapat dirawat dapat meninggal karena rumah sakit yang penuh sesak dan kurangnya perawatan,” kata direktur analitik Airfinity, Matt Linley.
Sebelumnya, beberapa profesor China telah membeberkan bukti jika angka kematian akibat Covid-19 bukan 60.000 melainkan 600.000.
“Berdasarkan laporan rumah sakit yang kewalahan dan antrean panjang di luar rumah duka, kami dapat memperkirakan bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 yang lebih besar telah terjadi sejauh ini, mungkin lebih dari 600.000, bukan hanya 60.000,” kata Profesor Ben Cowling, seorang ahli epidemiologi. di Universitas Hongkong. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post