ASIATODAY.ID, NEW YORK – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony J. Blinken, mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengimplementasikan Perjanjian Minsk atas Rusia.
Kesepakatan ini, yang dinegosiasikan pada 2014 dan 2015 dan ditandatangani oleh Rusia, tetap menjadi dasar bagi proses perdamaian guna menyelesaikan konflik di Ukraina bagian timur.
“Tanggung jawab utama dewan ini—yang menjadi alasan utama pembentukannya—adalah menjaga perdamaian dan keamanan. Saat kita bertemu hari ini, ancaman terdekat terhadap perdamaian dan keamanan adalah agresi Rusia yang membayang-bayangi Ukraina.
Taruhannya jauh lebih dari Ukraina. Ini adalah saat yang berbahaya bagi kehidupan dan keselamatan jutaan orang, juga terhadap landasan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tatanan internasional berbasis aturan yang menjaga stabilitas di seluruh dunia,” kata Blinken saat berbicara di Markas Besar PBB, New York City, New York pada 17 Februari 2022, sebagaimana dikutip dari Kedutaun Besar (Kedubes) AS di Jakarta, Rabu (23/7/2022).
Menurut Blinken, krisis ini secara langsung mempengaruhi setiap anggota dewan PBB dan setiap negara di dunia.
Karena prinsip-prinsip dasar yang menopang perdamaian dan keamanan—prinsip-prinsip yang ditegakkan setelah dua kali perang dunia dan Perang Dingin—sedang berada di bawah ancaman. Prinsip bahwa satu negara tidak dapat mengubah perbatasan negara lain secara paksa. Prinsip bahwa satu negara tidak dapat mendikte pilihan atau kebijakan negara lain, atau dengan siapa negara itu akan berasosiasi. Prinsip kedaulatan negara.
Inilah jenis krisis yang perlu dicegah dan menjadi landasan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan khususnya Dewan Keamanan.
“Kita harus menanggapi apa yang sekarang sedang dilakukan Rusia terhadap Ukraina,” kata Blinken.
Selama beberapa bulan terakhir, tanpa provokasi atau pun pembenaran, Rusia telah mengerahkan lebih dari 150.000 pasukan di sekitar perbatasan Ukraina, di Rusia, Belarusia, menduduki Krimea.
Rusia mengatakan mereka sedang menarik kekuatan-kekuatan itu.
“Kami tidak melihat itu terjadi di lapangan. Informasi kami menunjukkan dengan jelas bahwa pasukan ini—termasuk pasukan darat, pesawat, kapal—sedang bersiap untuk melancarkan serangan terhadap Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
Kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi, tetapi inilah yang mungkin dunia akan lihat. Bahkan, itu sedang berlangsung sekarang, hari ini, ketika Rusia mengambil langkah menuju perang dan mengeluarkan kembali ancaman aksi militer,” jelasnya.
Pertama, Rusia berencana membuat dalih atas serangannya. Ini dapat berupa peristiwa kekerasan, dan Rusia akan menimpakan kesalahan pada Ukraina, atau tuduhan berlebihan yang akan dialamatkan oleh Rusia kepada pemerintah Ukraina.
“Kami tidak tahu persis seperti apa wujudnya. Itu dapat berupa sesuatu yang dibuat-buat yang disebut sebagai pengeboman “teroris” di dalam wilayah Rusia, penemuan kuburan massal, serangan pesawat tak berawak terhadap warga sipil, atau sebuah serangan palsu—bahkan nyata—menggunakan senjata kimia. Rusia mungkin menggambarkan peristiwa ini sebagai pembersihan etnis atau genosida, mengolok-olok konsep yang bagi kita yang ada dalam ruangan ini tidak kita anggap enteng, saya pun tidak menganggapnya enteng berdasarkan sejarah keluarga saya,” ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, media Rusia telah mulai menyebarkan beberapa sinyal peringatan dan klaim palsu ini, untuk memaksimalkan kemarahan publik, untuk meletakkan dasar sebagai pembenaran yang dibuat-buat untuk perang.
“Hari ini, tabuhan genderang itu semakin intensif saja di media-media yang dikendalikan oleh negara Rusia. Kami telah mendengar beberapa tuduhan tak berdasar ini dari para pembicara yang didukung oleh Rusia di sini hari ini,” jelasnya.
Kedua, dalam menanggapi provokasi yang dibuat-buat ini, para pejabat tingkat tertinggi pemerintah Rusia mungkin mengadakan pertemuan darurat secara teatrikal untuk mengatasi apa yang disebut sebagai krisis.
Pemerintah akan mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa Rusia harus merespons demi membela warga negara Rusia atau etnis Rusia di Ukraina.
Selanjutnya, serangan direncanakan untuk dimulai. Rudal dan bom Rusia akan dijatuhkan di atas wilayah Ukraina. Komunikasi akan macet. Serangan siber akan menutup institusi-institusi utama Ukraina.
Setelah itu, tank-tank dan tentara Rusia akan maju ke target utama yang telah diidentifikasi dan dipetakan dalam rencana terperinci.
“Kami yakin target ini termasuk ibu kota Rusia—ibu kota Ukraina, Kiev, kota berpenduduk 2,8 juta orang,” ungkapnya.
Dan bukan hanya serangan konvensional yang direncanakan Rusia terhadap rakyat Ukraina.
“Kami memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Rusia akan menargetkan kelompok tertentu dari orang-orang Ukraina.
Kami telah memperingatkan pemerintah Ukraina tentang semua yang akan terjadi. Dan di sini hari ini, kami memaparkannya dengan sangat rinci, dengan harapan bahwa dengan membagikan apa yang kami ketahui kepada dunia, kita dapat memengaruhi Rusia untuk meninggalkan jalur perang dan memilih jalur yang berbeda selagi masih ada waktu.
Sekarang, saya sadar bahwa beberapa orang telah mempertanyakan informasi yang kami miliki, mengingat contoh-contoh sebelumnya ketika laporan intelijen pada akhirnya tidak terbukti. Tetapi izinkan saya menjelaskan: Saya di sini hari ini, bukan untuk memulai perang, tetapi untuk mencegahnya. Informasi yang saya sajikan di sini divalidasi melalui apa yang telah kami lihat terungkap di depan mata kami selama berbulan-bulan. Dan ingat bahwa sementara Rusia telah berulang kali mencemooh peringatan dan alarm dari kami sebagai melodrama dan omong kosong, mereka terus mengerahkan lebih dari 150.000 pasukan di perbatasan Ukraina, dan juga kemampuan untuk melakukan serangan militer besar-besaran.
Bukan hanya kami yang melihat ini: Sekutu dan mitra juga melihat hal yang sama. Dan Rusia tidak hanya mendengar dari kami. Seruan internasional telah bersuara semakin keras.
Jika Rusia tidak menginvasi Ukraina, maka bisa bernapas lega bahwa Rusia mengubah arah dan membuktikan prediksi kami salah. Itu akan menjadi hasil yang jauh lebih baik
daripada jalur yang sedang kita jalani saat ini. Dan kami akan dengan senang hati menerima kritik apa pun yang ditujukan kepada kami,” urainya.
“Seperti yang dikatakan Presiden Biden, ini akan menjadi perang pilihan. Dan jika Rusia membuat pilihan itu, posisi kami bersama sekutu dan mitra sudah jelas, bahwa respons kami akan tajam dan tegas. Presiden Biden menyatakan kembali hal tersebut dengan tegas awal pekan ini,”
Menurut Blinken, masih ada pilihan lain yang bisa dilakukan Rusia, jika ada kebenaran dalam klaimnya bahwa mereka berkomitmen terhadap diplomasi.
Diplomasi adalah satu-satunya cara yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan krisis ini.
“Bagian penting dari upaya ini adalah melalui implementasi Perjanjian Minsk, hal yang menjadi pokok bahasan sesi pertemuan kita hari ini,” imbuhnya.
Ada serangkaian komitmen yang dibuat oleh Rusia dan Ukraina di bawah Perjanjian Minsk, dengan OSCE dan juga keterlibatan para mitra Format Normandia.
“Jika Rusia siap untuk duduk bersama pemerintah Ukraina dan bekerja melalui proses pelaksanaan komitmen ini, rekan-rekan kami di Prancis dan Jerman siap untuk mengadakan diskusi tingkat pejabat senior dalam Format Normandia untuk menyelesaikan masalah ini. Ukraina siap untuk langkah ini. Dan kami sepenuhnya siap untuk mendukung para pihak di dalamnya,” urainya.
“Kemajuan terhadap penyelesaian krisis Donbas melalui Perjanjian Minsk dapat memperkuat diskusi yang lebih luas tentang masalah keamanan, dan kami siap untuk terlibat dengan Rusia, dengan berkoordinasi bersama sekutu dan mitra kami,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post