ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kawasan Asia akan tetap menjadi kawasan dengan kondisi ekonomi “paling terang” di dunia, meski ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi China masih berlangsung.
Demikian diungkapkan oleh CEO Citigroup, Jane Fraser.
Menurut Fraser, Citigroup sejauh ini telah menyalurkan dana sebesar US$4 triliun, setara dengan produk domestik bruto Jerman – setiap hari untuk 5.000 perusahaan multinasional, dan sebagian besar aliran dan aktivitas tersebut berada di Asia.
“Asia hanyalah titik terang dunia. Ada begitu banyak wilayah geografis yang berbeda di mana dinamika perubahan berperan dalam memberikan dampak dan manfaat jangka panjang di sini, seperti yang kita lihat di Indonesia, Thailand, dan Vietnam,” ungkap Fraser, dikutip dari CNA, Senin (23/10/2023).
“Meskipun China sedang menghadapi tantangan saat ini, kemajuan teknologi yang dicapai negara ini luar biasa,” lanjutnya.
Ada juga beberapa peluang pertumbuhan di Singapura, di mana terdapat banyak jalur baru yang akan dibangun.
“Klien wirausaha di belahan dunia ini membuat saya takjub, setiap kali saya melihat. Mereka sangat inovatif, sangat kreatif, dan hal ini akan menciptakan kekayaan yang sangat besar, namun juga menciptakan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang,” beber Fraser.
“Saya pikir Anda dapat mengatakan bahwa saya adalah seorang yang optimis, khususnya di belahan dunia ini (Asia),” ucapnya.
Terkait situasi ekonomi di pasar lain, Fraser mengatakan bahwa konsumen dan klien korporasi berada dalam kondisi kesehatan yang baik di Amerika Serikat, bahkan ketika negara tersebut menghadapi kemungkinan resesi tahun depan.
Sementara itu, Citigroup melihat, ekonomi Eropa mempunyai tantangan struktural jangka panjang dalam pasar tenaga kerja dan harga energi.
World Bank memproyeksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan tetap berada di kisaran 5 persen pada tahun 2023.
Tetapi, pertumbuhan ekonomi di kawasan itu diperkirakan akan melambat menjadi 4,5 persen pada tahun 2024.
Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update per Oktober 2023, World Bank mengatakan bahwa pertumbuhan regional tahun ini lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata yang diproyeksikan untuk semua negara emerging market dan negara berkembang lainnya, namun lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
“Kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat dan paling dinamis di dunia, meskipun pertumbuhannya sedang,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro dalam pernyataannya, dikutip Senin (2/10/2023).
Pertumbuhan Ekonomi China
World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China sebesar 5,1 persen untuk sisa tahun 2023. Sementara itu, pertumbuhan di negara-negara Kepulauan Pasifik diperkirakan akan mencapai 5,2 persen.
Untuk tahun 2024, World Bank melihat, membaiknya kondisi eksternal akan membantu pertumbuhan di negara-negara lain di Asia Timur dan Pasifik.
Namun, perlambatan yang terus berlanjut di China, dengan memudarnya kebangkitan dari pembukaan kembali perekonomian, kenaikan utang, dan kelemahan di sektor properti, faktor-faktor struktural seperti seiring bertambahnya usia – akan membebani pertumbuhan di negara itu, memperlambat menjadi 4,4 persen pada tahun 2024.
Pertumbuhan di wilayah lain diperkirakan akan meningkat hingga 4,7 persen pada tahun 2024, karena pemulihan pertumbuhan global dan pelonggaran kondisi keuangan mengimbangi dampak perlambatan pertumbuhan di China dan langkah-langkah kebijakan perdagangan di negara-negara lain, ungkap World Bank.
Badan keuangan global itu juga menyoroti fakfor meningkatnya ketegangan geopolitik, dan kemungkinan terjadinya bencana alam, termasuk peristiwa cuaca ekstrem, merupakan risiko-risiko negatif tambahan terhadap prospek perekonomian kawasan.
“Dalam jangka menengah, mempertahankan pertumbuhan yang tinggi memerlukan reformasi untuk mempertahankan daya saing industri, mendiversifikasi mitra dagang, dan membuka potensi peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja di sektor jasa,” jelas Wakil Presiden World Bank untuk Asia Timur dan Pasifik tersebut.
World Bank juga melihat bahwa sektor jasa dapat memainkan peran yang semakin besar dalam mendorong pembangunan di wilayah yang dikenal dengan pertumbuhan yang didorong oleh sektor manufaktur.
“Sektor jasa telah menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan produktivitas tenaga kerja agregat selama dekade terakhir,” kata badan itu,
Ekspor Jasa Tumbuh Lebih Cepat Dibandingkan Ekspor Barang
Kepala Ekonom World Bank untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo mengatakan bahwa kombinasi antara reformasi layanan dan digitalisasi tidak hanya menciptakan peluang-peluang baru, namun juga meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut.
Sebagai contoh, pendidikan jarak jauh dan telemedis yang didukung oleh staf lokal yang terpilih, terlatih, dan termotivasi telah menghasilkan pembelajaran dan hasil kesehatan yang lebih baik di wilayah ini, meskipun masih terdapat ketimpangan akses yang signifikan.
“Reformasi jasa dan digitalisasi dapat menghasilkan siklus yang baik dalam meningkatkan peluang ekonomi dan meningkatkan kapasitas manusia, sehingga mendorong pembangunan di kawasan ini,” jelasnya. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post