ASIATODAY.ID, DHAKA – Bangladesh siap mengimpor beras dari Vietnam dan India sebanyak 330.000 ton.
Langkah Bangaldesh ini untuk mengisi kembali cadangan dan mendinginkan harga domestik.
Melonjaknya harga bahan pokok bagi 165 juta penduduk Bangladesh menimbulkan masalah bagi pemerintah, yang berencana untuk memperluas penjualan beras dengan potongan harga untuk membantu orang-orang yang terkena dampak biaya tinggi.
“Bangladesh akan membeli 100.000 ton beras pratanak dari perusahaan sektor publik India dan 200.000 ton beras pratanak dan 30.000 ton beras putih dari Vietnam,” kata pejabat pemerintah, menurut laporan Reuters, Senin (29/8/2022).
Menurut para pejabat, harga beras pratanak dari Vietnam akan menjadi US$ 521 (Rp 7,7 juta) per ton dan beras putih US$ 494 (Rp 7,3 juta) per ton. Dia berbicara tanpa menyebut nama karena kesepakatan tersebut belum diumumkan.
Harga beras dari negara tetangga India akan menjadi US$ 443,50 (Rp 6,63 juta) per ton melalui pelabuhan laut dan US$ 428,50 (Rp 6,4 juta) per ton melalui kereta api, kata para pejabat. Semua harga sudah termasuk ongkos angkut, asuransi dan biaya bongkar.
“Persiapan sedang dilakukan untuk menandatangani kesepakatan segera,” kata salah satu pejabat, menambahkan beras akan dikirimkan dalam waktu dua sampai tiga bulan setelah penandatanganan.
Pemerintah Bangladesh juga mengadakan pembicaraan dengan Myanmar untuk mengimpor beras, kata para pejabat, mengesampingkan keretakan atas krisis pengungsi Rohingya.
Bangladesh minggu ini memangkas bea masuk beras menjadi 15 persen dari 25 persen, memotongnya untuk kedua kalinya sejak Juli dalam upaya untuk meningkatkan impor swasta.
Rencana impor beras swasta, bagaimanapun, menghadapi kemunduran dengan hanya membeli 36.000 ton sejak Juli, setelah pemerintah mengizinkan pedagang swasta untuk mengimpor hampir 1 juta ton biji-bijian pokok setelah memangkas bea masuk menjadi 25,0 persen dari 62,5 persen.
Pemerintah akan mulai menjual beras dengan harga lebih murah untuk 5 juta keluarga miskin dan memperluas penjualan tersebut mulai September, dalam upaya untuk mengendalikan lonjakan harga domestik, yang melihat kenaikan lagi setelah menaikkan harga minyak domestik awal bulan ini. (ATN)
Discussion about this post