ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan konsentrasi penuh dalam memperkuat hilirisasi nikel di Indonesia.
Hal itu telah diputuskan oleh Antam melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa (23/8/2022).
Dalam RUPSLB tersebut, disepakati perusahaan akan mengalihkan (spin-off) sebagian segmen usaha pertambangan nikel.
Langkah itu termasuk pengalihan sebagian wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, kepada PT Nusa Karya Arindo (NKA).
Adapun Nusa Karya Arindo merupakan anak perusahaan terkendali yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung 100% oleh ANTM.
Anak perusahaan yang menerima spin-off diharapkan dapat membuka kesempatan untuk melakukan kerja sama strategis untuk menciptakan nilai tambah bagi produk anak perusahaan dan memperkuat rantai pasok produksi komoditas nikel.
Menurut Direktur Utama Aneka Tambang, Nicolas Kanter, nantinya mitra strategis yang dipilih adalah perusahaan yang menguasai pasar baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Selain menguasai pasar, ANTM juga akan memilih mitra yang memiliki keunggulan di bidang teknologi dan finansial yang solid.
“Mereka juga harus memiliki aspek environmental, social, and corporate governance (ESG) yang tinggi. Tidak hanya kompetitif, tetapi juga punya ESG yang world class,” kata Nicolas dikutip dari siaran pers, Rabu (24/8/2022).
“Terkait hilirisasi nikel ini, pertama adalah karena kita mempunyai cadangan sumber daya nikel yang besar, sehingga potensi itu harus di-unlock,” jelasnya.
Menurut Nicolas, selama ini produk hilirisasi nikel yang dihasilkan oleh smelter di Indonesia hanya dijadikan sebagai stainless steel. Karena itu, meng-unlock potensi sumber daya nikel ini penting untuk dilakukan.
“Kalau kita lihat proyeksinya, EV ini akan mendominasi. Dari semua konsultan yang ada, mereka memproyeksikan tahun 2035 akan ada kenaikan market share sebesar 35%. Itulah kenapa hilirisasi nikel ini menjadi strategis bagi kita,” jelas Nico.
Di lain pihak, perekonomian Indonesia juga mendukung dan terus bertumbuh. Bahkan, Indonesia dicanangkan akan menempati posisi nomor lima dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2045.
Harapannya, melalui pertumbuhan ekonomi tersebut dapat meningkatkan daya beli kelas menengah.
Alasan selanjutnya yang mendorong Antam fokus pada hilirisasi nikel adalah persoalan lingkungan.
“Tren di dunia menunjukkan 23% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca bersumber dari gas buangan kendaraan transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Artinya, tren dunia akan berubah untuk masuk ke EV dalam kaitannya bagaimana menanggulangi masalah lingkungan di dunia. Jadi, hilirisasi ini merupakan proyek ekosistem yang strategis dan sejalan dengan cita-cita pemerintah,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post