ASIATODAY.ID, BEIJING – China mendesak Amerika Serikat (AS) menarik pasukan dari Taiwan sebelum terjadi bencana. Seruan ini sebagai respons terhadap laporan yang menyebut bahwa pasukan khusus AS melatih militer Taiwan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mendesak AS untuk menegakkan konsensus yang membuat Washington memutuskan hubungan dengan Taipei demi Beijing lebih dari empat dekade lalu, termasuk mengakhiri pakta keamanan formalnya.
Zhao menanggapi laporan bahwa sekitar dua lusin penasihat militer Amerika telah dikerahkan di pulau itu.
“Prinsip Satu China adalah fondasi politik hubungan China dan AS,” kata Zhao dalam jumpa pers reguler di Beijing.
“AS harus memutuskan hubungan diplomatik dan membatalkan perjanjian pertahanan timbal baliknya dengan Taiwan dan pasukan AS harus mundur dari Taiwan sebelum terjadi bencana,” serunya sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Jumat (8/10/2021).
Respons yang relatif tenang ini datang ketika kedua belah pihak membuat rencana untuk mengadakan pertemuan puncak antara Presiden Joe Biden dan Xi Jinping dari China sebelum akhir tahun via video. Pengumuman pertemuan itu menyusul pembicaraan enam jam antara Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan diplomat tinggi China Yang Jiechi di Zurich pada Rabu lalu, termasuk diskusi tentang Taiwan.
“AS telah membuat komitmennya yang jelas ke China,” kata Zhao Jumat.
“Dalam panggilan teleponnya dengan Presiden Xi Jinping, Presiden Biden menekankan bahwa tidak ada niat untuk mengubah prinsip Satu China,” tegasnya.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada Bloomberg Amerika sedang melatih pasukan lokal untuk mempertahankan pulau yang diperintah secara demokratis itu dari serangan China di masa depan. Pejabat itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengkonfirmasi laporan sebelumnya oleh Wall Street Journal bahwa anggota militer Amerika, termasuk pasukan khusus, telah berada di Taiwan selama lebih dari setahun.
Sementara AS telah meningkatkan dukungan diplomatik dan militer untuk Taiwan sebagai tanggapan atas kampanye tekanan oleh Xi Jinping, tidak jelas apakah pengerahan itu baru atau terkait dengan upaya itu. AS telah mengecilkan interaksi militer dengan Taiwan sejak mengakhiri aliansinya dengan Taipei dan menjalin hubungan dengan Beijing pada 1979.
Kehadiran sejumlah kecil pasukan AS di pulau itu belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, pengerahan pasukan asing di Taiwan adalah salah satu dari enam syarat yang ditetapkan komandan militer China untuk melancarkan serangan militer, menurut laporan media pemerintah pada April 2020 yang mengutip seorang pensiunan peneliti dari Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Hu Xijin, pemimpin redaksi surat kabar Global Times yang menjadi corong Partai Komunis, sebelumnya meminta AS untuk mengungkapkan lokasi pasukan, menunjukkan bahwa itu akan membantu serangan China.
“Lihat apakah PLA akan meluncurkan serangan udara yang ditargetkan untuk melenyapkan penjajah AS itu!” katanya dalam sebuah tweet. (ATN)
Discussion about this post