ASIATODAY.ID, JAKARTA – China gagal mengendalikan penyebaran wabah Covid-19. Infeksi Covid-19 di negeri itu bahkan makin menggila.
Seorang pejabat kesehatan senior China mengatakan bahwa setengah juta orang di satu kota terinfeksi Covid-19 dalam sehari.
Dikutip dari AFP, sebuah outlet berita yang dioperasikan oleh Partai Komunis di Kota Qingdao pada hari Jumat (23/12/2022) melaporkan bahwa kepala kesehatan mengatakan ada 490 ribu hingga 530 ribu kasus baru yang tercatat di kota tersebut dalam sehari.
Pejabat senior Bo Tao mengatakan kota pesisir berpenduduk sekitar 10 juta orang itu berada dalam periode penularan cepat. Ia juga menambahkan bahwa tingkat infeksi virus akan meningkat 10 persen di akhir pekan.
Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan sebanyak 4.103 kasus infeksi baru pada rumah tangga tercatat secara nasional pada hari sebelumnya. Akan tetapi, tanpa ada kasus kematian baru.
Sementara itu, di Shandong, provinsi tempat kota Qingdao berada, mencatat 31 kasus domestik baru.
Sebelumnya, pemerintah China telah menjaga ketat media negara tersebut dengan legiun sensor online untuk menghapus konten yang dianggap sensitif secara politik.
Namun, beberapa media mengisyaratkan kurangnya obat dan rumah sakit di bawah tekanan.
Pemerintah provinsi Jiangxi timur menyatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa 80 persen populasinya, yang setara dengan sekitar 36 juta orang, akan terinfeksi pada bulan Maret 2023.
Kini, lebih dari 18 ribu pasien Covid-19 telah dirawat di institusi medis besar di provinsi tersebut dalam dua minggu hingga Kamis, termasuk hampir 500 kasus kronis, namun tidak ada kasus kematian.
250 Juta Penduduk Terinfeksi Sepanjang Desember
Sebanyak 250 juta penduduk China dilaporkan terinfeksi Covid-19 dalam 20 hari pertama bulan Desember.
Angka ini tercantum dalam catatan rapat internal dari para pejabat kesehatan China, dihimpun oleh Bloomberg News dan Financial Times pada Jumat (23/12/2022).
Perkiraan tersebut mencakup sekitar 18 persen dari total 1,4 miliar penduduk China sekaligus menjadi jumlah kasus Covid-19 terbanyak secara global sejak merebak pada akhir 2019.
Data tersebut disampaikan pada pertemuan internal Komisi Kesehatan Nasional China atau China’s National Health Commission (NHC), Rabu (21/12). Pada Jumat, salinan catatan pertemuan NHC juga sempat beredar di media sosial China meski belum dapat dikonfirmasi keasliannya.
Sebelumnya pada Selasa (20/12), 37 juta orang di seluruh China dilaporkan terinfeksi Covid-19, kontras dengan jumlah laporan resmi atas kasus baru yang terjadi di hari itu sebanyak 3.049 orang.
Wakil direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Sun Yang adalah sosok yang pertama kali menyerahkan angka tersebut kepada para pejabat NHC.
Sun mengemukakan bahwa tingkat penyebaran Covid-19 di China akan terus meningkat dan diperkirakan lebih dari setengah populasi di Beijing dan Sichuan telah terjangkit.
Angka-angka di atas sangat kontras dengan data resmi milik NHC yang disampaikan kepada publik, dengan hanya 62.592 kasus Covid-19 bergejala di sepanjang 20 hari pertama bulan Desember.
Secara resmi, China telah melaporkan hanya delapan kematian akibat Covid bulan ini. Ini menjadi angka yang sangat rendah mengingat penyebaran virus yang cepat dan implementasi vaksin yang relatif rendah di kalangan orang tua.
Per Kamis (22/12), China juga telah mengubah cara perhitungan kasus kematian akibat Covid-19 usai jumlah yang diduga meroket.
Perubahan ini dilakukan setelah viral sejumlah foto menunjukkan jasad diduga pasien Covid berjajar di krematorium dan kamar mayat rumah sakit.
Seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional China (National Health Commission/NHC), Wang Guiqiang mengatakan bahwa setelah metode penghitungan diganti, jumlah kematian akibat Covid langsung nihil.
Menurut Wang, metode penghitungan ini sangat berpengaruh karena sebelumnya, pihak berwenang menganggap semua orang yang meninggal ketika sedang mengidap Covid sebagai “kematian akibat Covid.”
Kini, jika pasien meninggal ketika mengidap Covid varian Omicron, maka penyebab kematiannya dianggap bukan akibat corona, tapi penyakit bawaan orang itu.
“Warga manula memiliki kondisi kesehatan bawaan sebelumnya. Hanya sebagian kecil dari mereka yang meninggal karena masalah pernapasan akibat infeksi Covid,” ucap Wang, seperti dikutip AFP. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post