ASIATODAY.ID, JAKARTA – Aksi demonstrasi menentang invasi Rusia ke Ukraina Menggema diberbagai negara di dunia.
Para demonstran tersebar dari Berlin hingga Baghdad serta dari Washington sampai Saint Petersburg. Mereka meneriakkan “rasa malu” terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebanyak 100 ribu demonstran di Berlin berkumpul di Gerbang Brandenburg. Jumlah mereka lima kali lebih banyak perkiraan polisi.
“Penting bagi saya, bagi Jerman untuk menunjukkan bahwa mereka membela demokrasi di Eropa,” kata Hans Georg Kieler, salah satu demonstran, dikutip AFP, Minggu (28/2).
Kieler juga mengapresiasi keputusan Jerman yang mengirim persenjataan ke Ukraina. Namun, ia menganggap Jerman masih bisa membantu Ukraina lebih banyak.
Salah satu demonstran, Valeria Moiseeva, juga ikut menyuarakan kecaman terhadap Rusia. Ia bahkan mengaku sangat membenci Rusia.
“Saya benci Rusia, saya benci semua orang Rusia,” ujar Valeria Moiseeva yang ibunya berada di Kyiv.
Sementara itu, 70 ribu demonstran berkumpul di Praha dan 15 ribu demonstran di Amsterdam.
Di Denmark, Perdana Menteri Mette Frederiksen bergabung dengan 10.000 orang di depan kedutaan Rusia di Kopenhagen untuk mengutuk invasi tersebut.
Para demonstran juga berunjuk rasa di Saint Petersburg, Rusia. Sebanyak 400 orang berkumpul dan menentang undang-undang protes yang ketat.
Mereka membawa poster bertuliskan “Tidak untuk perang”, “Rusia pulang” dan “Damai untuk Ukraina”.
Demonstrasi juga terjadi di Washington, D.C. Mereka mengibarkan bendera Ukraina dan Amerika di depan Gedung Putih .
Para demonstran juga mendesak Presiden Joe Biden untuk berbuat lebih banyak dalam menghentikan agresi Putin.
Gelombang demonstrasi juga terjadi di pusat kota Roma. Mereka menjawab seruan dari komunitas Ukraina yang berjumlah 235 ribu orang di Italia untuk berkumpul.
“Kami kuat tetapi kami sendirian sekarang. Satu negara kecil tidak dapat melindungi seluruh dunia dari satu orang jahat” kata salah satu demonstran, Yvanna Bovik.
Sementara itu di Lituania , pemimpin oposisi Belarusia Svetlana Tikhanovskaya memimpin ratusan warga negaranya memprotes rezim Minsk karena mengizinkan tentara Putin menggunakan negara itu sebagai landasan peluncuran ke Ukraina.
Mereka meneriakkan ‘Hidup Belarusia’ dan ‘Kemuliaan bagi Ukraina’. Mereka ingin dunia memahami bahwa warga Belarusia biasa menentang serangan di Ukraina.
“Saudara-saudara Ukraina kami tidak akan memaafkan kami atas kebisuan kami,” ujar salah satu demonstran, Tikhanovskaya, yang tinggal di pengasingan di Lituania.
Lebih dari 2.000 orang ditahan dalam demonstrasi di seluruh negeri pada Minggu (27/2). Namun, pengunjuk rasa lainnya tidak terpengaruh dan tetap melanjutkan demonstrasi.
Demonstran di Berlin berjumkah lebih banyak dari yang diperkirakan polisi. Para demonstran berkumpul di Gerbang Brandenburg. (ATN)
Discussion about this post