ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) menjadi destinasi pilihan bagi orang kaya Rusia untuk berinvestasi.
Pasalnya, tingkat pembelian properti di Dubai oleh orang kaya Rusia naik drastis hingga 67 persen dalam tiga bulan pertama pada 2022.
Melonjaknya pembelian properti tersebut disebabkan oleh banyaknya orang kaya Rusia yang melarikan diri ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk menghindari dampak dari sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya kepada Rusia.
Permintaan apartemen mewah dan vila di Dubai terus meningkat seiring dengan bertambahnya warga negara Rusia yang memasuki Dubai.
Agen real estat yang berbasis di Dubai, Betterhomes, menemukan pembelian properti oleh orang Rusia melonjak dua pertiga dalam tiga bulan pertama pada 2022. Agen real estate tersebut menyebutkan harga properti semakin tinggi, karena tingginya permintaan properti dari orang-orang Rusia.
Sementara itu, agen real estat lainnya, Modern Living, mengungkapkan bahwa mereka telah mempekerjakan banyak agen berbahasa Rusia untuk memenuhi permintaan dari orang Rusia.
Chief Executive Officer (CEO) Modern Living, Thiago Caldas mengatakan mereka menerima banyak telepon dari warga negara Rusia yang ingin segera pindah ke Dubai.
“Orang Rusia yang datang tidak membeli hanya untuk investasi, mereka melihat Dubai sebagai rumah kedua,” ujar Caldas dikutip dari BBC, Minggu (08/05/2022).
Sebagai catatan, Dubai sudah dianggap sebagai surga bagi orang kaya Rusia yang melarikan diri dari dampak sanksi barat atas perang di Ukraina.
Para pemimpin bisnis mengatakan kepada BBC, miliarder dan pengusaha Rusia telah tiba di UEA dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Diperkirakan ratusan ribu orang telah meninggalkan Rusia selama dua bulan terakhir – meskipun angka pastinya tidak tersedia.
Virtuzone, yang membantu perusahaan untuk mendirikan operasi di Dubai, telah melihat lonjakan besar klien Rusia.
“Banyak perusahaan multinasional dan perusahaan rintisan Rusia juga merelokasi karyawan mereka ke UEA,” terangnya.
Bank sentral Rusia dilarang memanfaatkan miliaran cadangan devisa yang disimpan di luar negeri di bank asing. Beberapa bank Rusia telah dihapus dari sistem pesan keuangan Swift.
Untuk melindungi cadangannya, pemerintah Rusia telah memberlakukan pembatasan modal dan melarang warga keluar negara dengan lebih dari US$10.000 dalam mata uang asing.
Para pembeli Rusia sulit untuk mentransfer uang tunai, sehingga mereka melakukan pembayaran dalam mata uang kripto.
Beberapa pembeli memiliki perantara yang akan menerima pembayaran dalam kripto dan kemudian memberikan uang tunai kepada penjual atas nama pembeli.
Negara-negara Teluk termasuk UEA dan Arab Saudi telah menolak seruan dari pemerintah barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
UEA adalah satu dari hanya tiga negara, bersama dengan China dan India, yang abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB pada Februari untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
UEA juga abstain dalam pemungutan suara Majelis Umum pada 7 April untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Peningkatan investasi Rusia terjadi hanya beberapa bulan setelah UEA ditempatkan pada “daftar abu-abu” oleh Financial Action Task Force (FATF), lembaga pengawas kejahatan keuangan global. (ATN)
Discussion about this post