ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 memaksa produsen fesyen ternama asal Swedia, H&M berencana menutup 250 gerai yang tersebar di seluruh dunia.
Meski penjualan terus pulih pada September, namun hasil penjualan masih 5 persen lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun lalu.
“Meskipun tantangan masih jauh dari selesai, kami percaya bahwa yang terburuk ada di belakang kami dan kami berada di posisi yang tepat untuk keluar dari krisis,” kata CEO H&M Helena Helmersson, dilansir dari BBC, Jumat (2/10/2020).
Perusahaan tersebut memiliki 5.000 toko di seluruh dunia. Tapi laba H&M sebelum pajak turun menjadi 210 juta poundsterling atau setara dengan Rp3,9 triliun hingga 31 Agustus 2020.
Menurut Analis Richard Lim dari Retail Economics, apa yang dilihat secara umum selama beberapa bulan terakhir dari pandemi yaitu perubahan langkah dalam penjualan online.
“Itu telah memengaruhi semua bagian industri, khususnya pakaian dan alas kaki,” kata Richard.
Sofie Willmott, dari firma analitik GlobalData menyebut, penjualan H&M pada September turun 5 persen. Perusahaan fesyen tersebut harus meningkatkan proposisi onlinenya mengingat pentingnya saluran digital.
“H&M harus mempertimbangkan perubahan yang lebih signifikan sehubungan dengan penutupan toko, atau akan terus terhalang oleh properti toko yang berlebihan,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post