ASIATODAY.ID, JAKARTA – Produsen baja swasta di Indonesia, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) menambah investasi sebesar USD850 juta atau sekitar Rp12 triliun untuk meningkatkan efisiensi produksi dan ekspansi pasar. Investasi ini digelontorkan di tengah pandemi Covid-19 yang ditandai dengan melemahnya permintaan pasar.
“Kami ingin memastikan posisi kami semakin solid sebagai salah satu market leader dalam industri baja nasional,” kata Presiden Komisaris PT GRP Tbk Tony Taniwan melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (11/7/2020).
Investasi tersebut saat ini sudah berjalan dan berlangsung dalam dua tahap.
Tahap pertama sebesar USD370 juta (Rp5,2 triliun) pada periode 2019-2021 dan tahap kedua sebesar USD480 (Rp6,8 triliun) pada periode 2021-2023.
Menurut Chief Technical Officer GRP Biplab Kumar Dutta, investasi tahap pertama dilakukan untuk pengembangan mesin pembuat besi siku, H beam dan besi tipe U (Light Section Mills), mesin peleburan besi baja (Blast Furnace), trafo penambah daya (Transformer), mesin pembuat H beam, dan besi siku ukuran besar (Medium Section Mill).
Sedangkan pada tahap kedua ekspansi akan dilakukan untuk mengembangkan mesin pembuat pipa, mesin pemotong coil (Cut to Length), serta pabrik hot rolled coil (CSP Plant and Aux).
“Kontrak untuk investasi tahap kedua sudah ditandatangani dan siap berjalan,” jelas Dutta.
Produsen baja GRP berdiri sejak 50 tahun lalu di sebuah garasi kecil di Medan. Perusahaan yang didirikan tiga bersaudara dan dipimpin Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin dan Ibu Margaret Leroy Lie tersebut, awalnya hanya memasok peralatan bagi perkebunan di Sumatera Utara. Berkat visi para pendiri, perusahaan kemudian berekspansi ke Jawa, sampai akhirnya pada September 2019 memutuskan untuk go public.
Perusahaan yang mempekerjakan sekitar 8.000 karyawan tersebut saat ini memiliki pabrik dan fasilitas pendukung seluas lebih dari 250 hektare di Cikarang, Bekasi. GRP memiliki kapasitas produksi baja sebesar 2,8 juta ton per tahun atau setara dengan 12 persen dari kapasitas baja nasional.
Selain untuk memenuhi pasar domestik, produksi baja GRP juga diekspor ke berbagai negara, seperti Asia, Australia, Timur Tengah dan sejumlah negara lain.
Strategi Tepat
Sementara itu Ketua Dewan Kehormatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulistyo menilai positif langkah produsen baja seperti GRP yang terus menambah investasi di tengah pandemi covid-19.
Menurut Suryo, perusahaan tentu sudah memperhitungkan langkah bisnis yang ditempuh.
“Mereka tentu punya strategi matang. Bisa jadi, perusahaan melihat peluang pasar baja yang cukup terbuka. Ketika perusahaan lain sedang kontraksi, perusahaan ini justru mendahului. Jadi ketika situasi sudah membaik dan permintaan juga meningkat, perusahaan ini sudah melangkah lebih maju,” kata Suryo.
Suryo memandang, keputusan tersebut juga berdampak positif terhadap tenaga kerja. Tidak saja bisa menekan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang banyak terjadi di berbagai sektor.
Lebih dari itu, investasi yang dilakukan juga berdampak terhadap pembukaan lapangan pekerjaan baru.
“Ini baik sekali dan harus didukung. Apalagi dampak covid-19 terhadap peningkatan angka PHK memang cukup besar,” imbuhnya.
Suryo berharap bahwa Pemerintah juga memberi dukungan terhadap industri baja di Tanah Air. Suryo sependapat, industri baja merupakan aset nasional yang memiliki kontribusi besar dalam menggerakkan roda ekonomi nasional. (ATN)
Discussion about this post