ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Keuangan Jepang mencatat, ekspor negeri itu menurun tajam hingga 26,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,7 persen.
Melansir Bloomberg, Senin (20/7/2020), penurunan ini jauh dari perkiraan kendati sejumlah pasar utama mulai membuka kembali kegiatan perekonomiannya yang ditutup karena pandemi Covid-19.
Ekspor Jepang ke Amerika Serikat, pembeli terbesar Jepang untuk tahun 2019, dilaporkan amblas 46,6 persen, sementara ekspor ke China turun hanya 0,2 persen dan ekspor ke Uni Eropa melorot 28,4 persen.
Adapun impor Jepang turun 14,4 persen pada Juni, lebih kecil dari ekspektasi untuk penurunan 17,6 persen. Dengan demikian, neraca perdagangan tercatat defisit 268,8 miliar yen (US$2,5 miliar).
Data tersebut menunjukkan bahwa kemerosotan ekonomi global dapat berlarut-larut karena meningkatnya kasus infeksi di Amerika Serikat dan negara lain menghambat upaya untuk reopening ekonomi.
Ketergantungan Jepang pada ekspor untuk pertumbuhan membuat prospek pemulihan secara keseluruhan tidak pasti.
Bulan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek untuk Jepang dan banyak negara lain.
Sementara itu, Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda pekan lalu mengatakan, ekonomi Jepang diperkirakan akan membaik secara bertahap pada paruh kedua tahun ini, tetapi risikonya condong ke sisi negatif.
“Ke depannya, ekspor kemungkinan akan terus pulih pada kuartal ketiga tergantung pada bentuk pemulihan permintaan di AS dan Eropa. Impor juga akan pulih pada kisaran laju yang sama, mencerminkan pengurangan pembatasan aktivitas domestik,” ujar tim Ekonom Asia Bloomberg. (ATN)
Discussion about this post