ASIATODAY.ID, ANKARA – Nasib muslim Uighur menjadi salah satu topik pembicaraan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden China Xi Jinping, Selasa (13/7/2021).
Dalam pembicaraan jarak jauh itu, Erdogan mengungkapkan bahwa sangat penting bagi Turki agar Muslim Uighur hidup dalam damai sebagai warga negara yang setara dengan penduduk lainnya di China.
“Erdogan menunjukkan bahwa penting bagi Turki utamanya orang-orang Turki Uighur hidup dalam kemakmuran dan perdamaian sebagai warga negara yang setara di China. Erdogan menyuarakan rasa hormat Turki terhadap kedaulatan dan integritas teritorial China,” demikian pernyataan kepresidenan Turki sebagaimana dilaporkan Reuters, Kamis (15/7/2021).
Beberapa dari 40 ribu warga Uighur yang tinggal di Turki telah mengkritik pendekatan Ankara ke Beijing. Desakan itu muncul setelah kedua negara menyetujui perjanjian ekstradisi tahun lalu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Maret kesepakatan itu mirip dengan yang dimiliki Turki dengan negara-negara lain. Dia membantah kesepakatan itu akan menyebabkan orang-orang Uighur dikirim kembali ke China.
Ratusan orang Uighur pun memprotes perlakuan terhadap kerabat etnis mereka di China selama kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Ankara pada Maret. Beberapa pemimpin oposisi Turki menuduh pemerintah Turki mengabaikan hak-hak Uighur demi kepentingan lain dengan China. Namun hal tersebut dibantah pemerintah.
Pakar dan kelompok hak asasi PBB memperkirakan lebih dari satu juta orang, terutama dari Uighur yang berbahasa Turki dan minoritas Muslim lainnya, telah ditahan dalam beberapa tahun terakhir di sistem kamp yang luas di wilayah Xinjiang barat China.
Beijing awalnya membantah kamp-kamp itu ada, tetapi sejak itu mengatakan tempat tersebut merupakan pusat kejuruan dan dirancang untuk memerangi ekstremisme. (ATN)
Discussion about this post