ASIATODAY.ID, MINSK – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menuduh pihak oposisi berusaha melakukan kudeta melalui gerakan demonstrasi anti-pemerintah berskala masif.
Gelombang protes menggema usai hasil pemilihan umum presiden diumumkan pada Minggu 9 Agustus.
“Tentu saja kami menganggap semua ini merupakan percobaan untuk merebut kekuasaan,” kata Lukashenko, melansir BBC, Rabu (19/8/2020).
Lukashenko berbicara saat pihak oposisi membentuk sebuh dewan untuk mengatur perpindahan kekuasaan.
Sebelumnya, Lukashenko mengaku bersedia menyerahkan kekuasaan jika mekanismenya dilakukan melalui referendum, bukan dari tekanan demonstrasi.
Ia bersikukuh Pilpres Belarusia tidak dapat diulang. Hasil Pilpres lalu menyatakan Lukashenko meraih 80,1 persen suara, sementara capres oposisi Svetlana Tikhanovskaya hanya 10,12 persen.
Oposisi mengecam hasil Pilpres dan menuding adanya kecurangan. Tikhanovskaya mengatakan, jika semua surat suara dihitung dengan benar, ia seharusnya meraih 60 hingga 70 persen suara.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengecam Pilpres Belarusia karena berlangsung tanpa adanya pengawas independen.
Dalam sebuah pidato di pabrik traktor di Minsk, Lukashenko menegaskan bahwa stabilitas Belarusia akan terguncang jika Pilpres diulang. Ia berkukuh tidak ada kecurangan dalam pilpres, dan mengatakan bahwa tidak mungkin pihaknya memanipulasi surat suara hingga 80 persen lebih.
Pria yang sudah berkuasa sejak 1994 itu kesulitan berbicara di tengah cemoohan pekerja pabrik yang terus menyuarakan, “mundur! mundur.” Di akhir pidatonya, Lukashenko mengatakan: “Terima kasih, saya sudah mengucapkan semuanya. Kini kalian bisa melanjutkan berteriak ‘mundur.'”
Pidato Lukashenko di pabrik Minsk Wheel Tractor Plant terjadi satu hari usai aksi protes terbesar sejak 1994 terjadi di Minsk. Diestimasi sekitar 100 ribu orang ikut serta dalam demonstrasi tersebut. (ATN)
Discussion about this post