ASIATODAY.ID, JAKARTA – United Nations and Development Programme (UNDP) mendorong generasi muda untuk mengambil peran dalam menghadapi Climate Crisis (Krisis Iklim) yang saat ini tengah mengancam planet bumi.
President Representative United Nation Development Program (UNDP) Chritophe Bahuet, mengungkapkan hal itu diacara Social Good Summit 2019, bertema Climate Crisis : It’s Up To You To Stop It, di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
“Peran generasi muda sangat berarti bagi kami di UNDP, karena kami sangat yakin bahwa perubahan yang dilakukan untuk menyelamatkan planet ini, hanya dapat terjadi kalau generasi muda terlibat aktif. Banyak negara di dunia, dimana aksi dan inisiatif iklim selalu dimotori oleh kaum muda, Social Good Summit diselenggarakan oleh UNDP setiap tahun di banyak negara, ini adalah salah satu inisiatif kami untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali,” terangnya.
Ia pun menyatakan bahwa, perubahan iklim adalah sesuatu yang nyata dan perubahan iklim telah menyebabkan fenomena dan anomali cuaca.
Kemudian, lanjutnya, semua negara terkena dampak perubahan iklim, tetapi beberapa diantaranya lebih rentan, dan Indonesia adalah salah satunya. Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi populasi dunia dan bahkan lebih besar bagi generasi mendatang.
“Oleh karenanya, kita harus lakukan sesuatu, apakah itu sendirian, di dalam keluarga dan di masyarakat. Jangan menunggu PBB dan pemerintah, lakukan sesuatu, hemat air dan listrik, gunakan sepeda, lakukan hal kecil itu setiap hari, bayangkan bila jutaan dan bahkan semua orang melakukan itu, pasti akan mendatangkan perubahan besar. Kita bisa berkontribusi dan berperan besar, mari kita lakukan sesuatu dan mari kita lakukan bersama-sama,” imbuhnya.
Acara Social Good Summit 2019, bertema Climate Crisis : It’s Up To You To Stop It ini digagas dan diselenggarakan oleh UNDP. Ada 4 bahasan dan yang pertama dalam Summit ini diantaranya : Our Ocean and Forest, Waste Management, Climate Crisis and Gender dan yang terakhir adalah Climate Crisis and Youth.
“Kegiatan ini mengingatkan bahwa, isu perubahan iklim bukan hanya tugas pemerintah, tetapi semua elemen masyarakat juga harus ikut membantu. Dan acara ini bertujuan untuk menyadarakan masyarakat kita, bahwa perubahan iklim bukan lagi climate change akan tetapi sudah climate crisis,” imbuhnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Safri Burhanudin menyatakan terkait climate change atau climate crisis ini, agar seluruh pihak tidak lagi hanya bicara, akan tetapi mulai menunjukkan aksi nyata.
“Kita sudah jangan banyak bicara lagi, tetapi tunjukkan aksi. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti hemat air dan juga listrik. Komitmen kita tetap, target pengurangan emisi 29 persen ini harusnya kita bisa laksanakan, dan 29 persen atau bahkan lebih ini pun harusnya bisa kalau kita semua bersatu,” ujarnya.
Menurut Deputi Safri, salah satu langkah yang diambil pemerintah dalam pengurangan emisi ini mendorong penggunaan kendaraan listrik dan juga transportasi listrik, semisal dengan adanya Light Rail Transit (LRT) di DKI Jakarta, termasuk juga fasilitas transportasi umum berbasis listrik selain MRT Jakarta yang telah diterima dengan baik di masyarakat.
“Dan untuk kendaraan listrik Indonesia punya modal kuat, karena dalam tempo 3 – 5 tahun ke depan Indonesia bisa menjadi nomor satu sebagai produsen baterai lithium, karena 80 -85 persen bahan baku pembuatan baterai itu ada di Indonesia,” tambahnya.
Indonesia, lanjut Deputi Safri pun terus mendorong penggunaan minyak sawit sebagai bahan dasar pembuatan biodiesel, seperti misalnya pemerintah Indonesia terus mempromosikan penggunaan biofuel dari CPO untuk mengimbangi tingginya biaya bahan bakar minyak impor. Kemudian peralihan B20 ke B30 pada Januari 2020 dan meningkat menjadi B50 ditargetkan pada Desember 2020.
“Pengunaan biodiesel diharapkan bisa mengurangi emisi yang dihasilkan, selain juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan,” jelas Deputi Safri.
“Selain itu Indonesia juga terus melaksanakan rehabilitasi terumbu karang, dimana belum lama ini, telah berlangsung program transplantasi terumbu karang dengan cakupan mencapai 204 hektar,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post