ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wajah Pasar Tanah Abang, di Jakarta berubah drastis. Pusat dagang tekstil terbesar di Asia Tenggara itu kini tak ubahnya ‘rumah hantu’. Sepi, senyap dan mencekam. Tak ada lagi kepadatan, kesesakan dan hilir mudik para pembeli di pasar itu.
Bagi Sebagian pedagang, situasi ini digambarkan sebagai “Hari-hari terakhir Pasar Tanah Abang”.
Pada Rabu (13/9/2023), situasi di pasar itu sangat sepi pengunjung. Meski begitu, lapak yang buka hanya sedikit. Para pedagang bercerita, pengunjung yang datang ke pasar itu dapat dihitung jari.
Situasi ini jelas menyedihkan. Tidak sedikit pedagang, kembali mengenang masa-masa indah ketika pasar itu masih sangat ramai. Namun situasi telah berubah. Saat ini untuk mendapatkan seorang pelanggan setiap hari sangat sulit.
“Kami bingung dengan keadaan ini. Dagangan di toko tidak lagi terjual,” ujar Ratna, salah satu pedagang.
Situasi ini sangat berdampak terhadap omset para pedagang. Tak jarang mereka harus menderita kerugian.
Bahkan di area Blok A, jumlah toko yang buka makin sedikit. Hampir seperempat toko di area tersebut sudah tutup atau pun pindah.
Para pedagang mengaku, salah satu faktor yang menyebabkan situasi ini karena banyak konsumen mereka kini telah beralih ke pasar digital.
Sekilas Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat grosir terbesar di Jakarta yang dulunya selalu ramai setiap harinya. Sebagai pusat grosir tertua dan terbesar di Jakarta, Pasar Tanah Abang sudah sangat melegenda dan dikenal seantero Jakarta. Banyak orang yang datang untuk membeli berbagai barang kebutuhan dengan harga miring.
Bahkan di pasar itu, pembeli bisa menemukan banyak penjual barang garmen dan tekstil yang murah.
Pasar Tanah Abang buka mulai pukul 07.00 WIB sampai 16.00 WIB. Namun, tidak semua toko tutup di jam tersebut. Ada toko yang buka sampai jam 10 malam, ada pula toko yang tutup lebih awal.
Sebagai pusat grosir, pusat perbelanjaan, dan ekonomi, Pasar Tanah Abang menjadi lokasi wisata belanja yang sangat populer.
Pasar Tanah Abang memiliki beberapa gedung dan blok yang menjual beraneka macam barang. Mulai dari bahan makanan, elektronik, pakaian, toko kelontong, aksesoris, perlengkapan sekolah, perlengkapan kantor, furniture, hingga barang-barang branded.
Pusat Grosir Tanah Abang Blok A merupakan salah satu lokasi belanja paling lengkap dan terjangkau.
Pasar Tanah Abang juga sudah terkenal se-Indonesia, itulah mengapa banyak masyarakat dari luar Jakarta yang datang untuk berbelanja disini.
Blok A adalah blok yang paling ramai jika dibandingkan dengan Blok B, Blok F atau Blok lainnya. Sekitar pasar juga terdapat banyak sekali pertokoan yang menyediakan berbagai keperluan masyarakat, termasuk kuliner sop dan sate kambing. Selain itu, ada juga lahan parkir sekitar pasar yang cukup memadai.
Lantai B2 Pusat Grosir Tanah Abang Blok A banyak diisi oleh deretan toko tekstil yang menjual batik, bahan kain, tenun, jeans, hingga chiffon.
Lantai B1 banyak dihuni toko perabotan rumah seperti kasur, gorden, sarung bantal, taplak meja, dan sprei. Pada lantai SLG, banyak terdapat penjual baju kerja seperti blazer dan kemeja dan terdapat mesin ATM.
Perlengkapan ibadah seperti mukena, sajadah, dan sejenisnya banyak dijual di lantai LG dengan harga yang sangat terjangkau. Pada lantai GF, terdapat banyak penjual pakaian anak dengan berbagai model.
Mulai dari lantai satu sampai lantai paling atas, kamu dapat menjumpai toko pakaian, batik, busana muslim, sepatu, pujasera, area parkir, dan masjid yang dilengkapi AC.
Putaran Uang dan Sejarah
Di Pasar Tanah Abang, sekitar Rp200 miliar uang berputar disana setiap hari pada saat masih normal. Pembeli yang datang ke Pasar Tanah Abang berasal dari penjuru Indonesia hingga mancanegara.
Cerita kejayaan Pasar Tanah Abang dimulai ketika Seorang pejabat VOC bernama Justinus Vinck membeli tanah dari Cornelis Chastelein di Pusat Batavia. Chastelein melepas tanah tersebut dengan harga 39 ribu ringgit pada 1733.
Setelah memiliki tanah, Vinck membuat dua pasar, yakni Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Keduanya dibangun atas izin Gubernur VOC Abraham Patras melalui surat keputusan.
Dikutip dari VOI, dalam buku Alwi Shahab: Saudagar Baghdad dari Betawi (2004), menceritakan: Berkat karya Phoa Bing Ham inilah, Justinus Vinck membangun Pasar Tanah Abang. Petinggi VOC ini memiliki tanah bejibun di Batavia sekaligus membangun dua buah pasar Pasar Tanah Abang diresmikan bersamaan dengan saudara kembarnya Pasar Senen, 30 Agustus 1735.
Jika Pasar Senen kala itu hanya dibuka pada hari senin saja, Pasar Tanah Abang hanya buka setiap hari Sabtu.
Oleh karena itu, Pasar Tanah Abang dikenal juga sebagai Pasar Sabtu. Kejayaan Pasar Tanah Abang mampu menyaingi Pasar Senen yang sudah lebih dulu berkembang.
Namun, Pasar Tanah Abang pernah menghadapi kemalangan. Salah satunya ketika peristiwa serangan pada tanggal 8 Oktober 1740 ke wilayah itu.
Pasar Tanah Abang sempat porak-poranda dalam tragedi Chineezenmoord pada 1740 tersebut. Peristiwa ini merupakan peristiwa pembantaian orang-orang China, perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang yang dihancurkan dan dibakar.
Dalam peristiwa tersebut, Belanda membunuh orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun mereka.
Serangan tersebut merupakan jawaban atas perilaku agresif orang-orang Tionghoa di Tanah Abang terhadap pos jaga VOC sehari sebelumnya. Kejadian tersebut menjalar ke Tanah Abang sebab di sanalah tempat orang-orang China banyak berdagang dan bertempat tinggal.
Kekacauan tersebut melumpuhkan Pasar Tanah Abang dalam waktu yang sangat lama.
Sampai akhir abad ke-19, Pasar Tanah Abang belum memiliki bangunan permanen, tapi lantai bawahnya mulai dikeraskan dengan fondasi adukan.
Pasca serangan, Pasar Tanah Abang dibangun kembali pada tahun 1881. Pasar yang semula hanya buka pada hari Sabtu itu kini juga buka pada hari Rabu.
Pada tahun 1926, pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang yang semula terbuat dari papan dan bambu, diganti bangunan permanen berupa tembok dan papan serta beratap genteng, dengan kantor pasarnya berada di atas bangunan pasar mirip kandang burung.
Pada masa pendudukan Jepang, Pasar Tanah Abang nyaris tidak berfungsi karena menjadi tempat para gelandangan.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang.
Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post