ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus berpacu mempercepat target hilirisasi nikel dengan menggenjot pembangunan smelter.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddim menjelaskan, sejauh ini pemerintah sudah melakukan hilirisasi proses pertambangan Nikel.
Hilirisasi adalah proses untuk memberikan nilai tambah dalam konotasi berikan penilaian yang lebih baik kepada negara sekaligus juga membuka lapangan pekerjaan.
Menurut data dari Badan Geologi, per Desember 2020, nikel sumber daya yang masih tersedia sebesar 13,7 miliar ton bijih, dengan total cadangan terbukti sebesar 4,6 miliar ton bijih.
Saat ini terdapat 30 perusahaan yang tengah membangun fasilitas pemurnian nikel, 5 perusahaan di antaranya tercatat memiliki kemajuan proyek pembangunan smelternya kurang dari 30 persen.
Dengan total kapasitas input 9,21 ton per tahun, sedangkan total produksinya 0,69 juta per tahun, dan total investasi 762,9 juta dolar AS.
Kemudian ada 10 perusahaan yang pembangunan smelternya antara 30-90 persen. Dengan total input-nya sebesar 27, 49 juta pet tahun, total produksi 1,74 juta per tahun, dan total investasi sebesar 1,720,8 juta dolar AS per tahun.
Sedangkan perusahan yang smelternya sudah 90 persen ada 15 perusahan, dengan total input 49,36 juta per tahun, total kapasitas produksi sebesar 3,19 juta per tahun, dengan total investasi 5.522,7 juta dolar AS.
“Sejauh ini total kapasitas input seluruhnya sebesar 81,07 juta ton per tahun, total kapasitas produksi 5,603 juta ton per tahun dan total kencana investasi 8,006,5 juta Dolar Amerika,” jelas Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (10/11/2021).
Selain Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI, RDP tersebut juga dihadiri oleh Dirjen ILMATE Kemenperin RI, Dirut PT Antam Tbk, Dirut PT Vale Indonesia Tbk, Dirut PT Virtue Dragon, Dirut PT Tsinghan Steel Indonesia, dan Dirut PT Bintang Delapan Mineral.
Paparan Dirjend Minerba tersebut menjawab pertanyaan Komisi VII DPR RI terkait proces engineering flow diagram atau diagram alir teknologi mineral pertambangan Nikel di Indonesia.
“Sebagaimana kita ketahui tambang Nikel di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yakni sekitar 23,7 persen. Kita ingin melihat proces engineering flow Diagram. Dari sana kita akan tahu apakah proses produksi Nikel di Indonesia selama ini sudah maksimal atau belum,” ungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Wuryanto.
Dari paparan tersebut, Komisi VII DPR RI mendesak Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI dan Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian RI untuk memaksimalkan potensi tambang dan industri hilir nikel, untuk meningkatkan target penerimaan negara minimal 1,8 kali lipat dibanding hasil tahun 2021.
Tidak hanya itu, dalam poin kesimpulan, Komisi VII DPR RI juga mendesak Dirjen Minerba Kementerian ESDM untuk mempercepat penyelesaian pembangunan fasilitas pemurnian nikel, guna memberikan nilai tambah secara nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional, sesuai amanat PP nomor 19 Tahun 2021 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara. (ATN)
Discussion about this post