ASIATODAY.ID, KULON PROGO – Seeokor Hiu Paus Totol (Rhincodon typus) ditemukan mati mengambang di Sungai Bogowonto, Congot, Jangkaran, Temon, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Rabu (27/7/22).
Dari hasil pemeriksaan diketahui Hiu Paus Totol itu memiliki ukuran panjang 8,7 meter dengan lingkar badan 4,40 meter, dan perkiraan berat diatas 1 ton.
Hasil nekropsi yang dilakukan oleh dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Univerisitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa Hiu Paus Totol diperkirakan mati kurang dari 24 jam berdasarkan pemeriksaan kondisi mata yang masih baik.
Dari pemeriksaan organ dalam diketahui adanya kerusakan pada hati (hepar) sehingga ikan tidak mau makan berhari-hari dan menyebabkan lambung menjadi kosong dan berakhir dengan kematian ikan tersebut.
Setelah pemeriksaan, bangkai Hiu Paus Totol tersebut selanjutnya dikuburkan di kawasan pantai.
Sebagai referensi, di Indonesia, Hiu Paus dapat ditemui di hampir seluruh wilayah perairan, seperti di Sabang, Padang, Ujung Kulon, Kepulauan Seribu, Probolinggo, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua.
Kemunculan Hiu Paus di Indonesia relatif bersifat musiman, kecuali di Kwatisore, Teluk Cenderawasih, Papua, yang termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Pada perairan tersebut, Hiu Paus hadir sepanjang tahun.
Hiu Paus memiliki karakteristik biologi yaitu pertumbuhan dan proses kematangan kelamin/seksual yang lambat, jumlah anakan yang dihasilkan (reproduksi) relatif sedikit dan berumur panjang. Karakteristik tersebut yang menjadikan hiu paus rentan mengalami kelangkaan bahkan kepunahan apabila eksploitasi tanpa terkendali.
Hiu Paus dikategorikan sebagai hewan yang bermigrasi atau memiliki jangkauan wilayah yang luas. Pada tahun 1999, Hiu Paus ditetapkan masuk ke dalam apendiks II dalam Convention on Migratory Species (CMS) yang artinya Hiu Paus baru akan ‘merasakan’ dampak yang signifikan bila perlindungan dan pengelolaannya diterapkan melalui kerja sama internasional.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi untuk spesies tersebut perlu dilakukan melalui jejaring antar berbagai negara.
Pada tahun 2000, Hiu Paus masuk dalam daftar merah untuk species terancam oleh International Union forConservation of Nature (IUCN) dengan status rentan (vulnerable) yang artinya populasinya diperkirakan sudah mengalami penurunan sebanyak 20-50% dalam kurun waktu 10 tahun atau tiga generasi.
Kemudian pada tahun 2002, Hiu Paus akhirnya dimasukkan dalam apendiks II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) yang artinya perdagangan internasional untuk komoditas ini harus melalui aturan yang menjamin pemanfaatannya tidak akan mengancam kelestariannya di alam.
Morfologi
Hiu Paus adalah ikan terbesar di dunia yang dapat tumbuh sampai 20 meter dengan bobot mencapai 34 ton.
Hiu Paus memiliki bentuk kepala yang lebar dan gepeng dengan mulut yang besar. Lima pasang insang dan sirip punggung (dorsal fin) pertama pada Hiu Paus juga memiliki ukuran yang relatif besar.
Hiu Paus memiliki warna tubuh keabu-abuan dan bertotol-totol putih. Karakter tubuh tersebut membuat spesies ini sangat mudah dikenali. Selain itu, pola totol-totol putih pada Hiu Paus bersifat unik karena berbeda pada setiap individunya.
Perbedaan pola totol putih tersebut digunakan sebagai alat bantu identifikasi Hiu Paus dan dasar perhitungan jumlah individu pada suatu wilayah perairan oleh para peneliti.
Hiu Paus termasuk dalam ordo Orectolobiformes (Hiu Karpet) dan merupakan satu-satunya spesies di dalam famili Rhincodontidae. Hiu Paus tidak memilki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan spesies lain di dalam ordo Orectolobiformes.
Namun, spesies ini memiliki beberapa karakteristik tubuh yang mirip dengan Hiu karpet lain seperti Hiu Lanjaman (nurse shark) dan Hiu Belimbing (zebra shark).
Sebagai contoh, semua Hiu Karpet memiliki dua sirip punggung dan satu mulut yang terletak di bagian depan tubuhnya, tepatnya di depan bagian mata. Hiu Paus juga memiliki lubang hidung yang mirip dengan lubang hidung pada Hiu Belimbing, serta garis-garis horizontal di tubuh Hiu Paus mirip dengan garis-garis pada tubuh Hiu Lanjaman. Garis-garis tersebut berfungsi sebagai indera Hiu Paus untuk mengetahui kondisi fisik perairan.
Walaupun bertubuh besar, makanan Hiu Paus justru berukuran kecil. Hiu Paus yang tergolong perenang lambat memiliki makanan utama berupa organisme planktonik yang melayang-layang di perairan dan berukuran sangat kecil, seperti euphausiids, copepoda, serta telur atau larva ikan dan cumi-cumi. Selain memakan plankton, Hiu Paus juga beberapa kali terlihat sedang memakan ikan kecil, seperti sarden dan teri serta sotong atau cumi-cumi kecil.
Hiu Paus hidup di perairan tropis hingga subtropis yang hangat, kecuali di Laut Mediterrania. Hiu Paus dianggap sepenuhnya pelagis (memiliki habitat di perairan terbuka) dan biasa ditemukan di wilayah lepas pantai dan dekat dengan daratan, masuk ke laguna dan atol karang, serta dekat dengan mulut muara dan sungai untuk mencari makan. (ATN)
Discussion about this post