ASIATODAY.ID, NEW YORK – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dapat terkoreksi lebih lanjut pada 2020, sejalan dengan adanya katalis negatif seperti perang dagang. Kondisi itu terjadi meski ekonomi global kemungkinan meningkat.
Dalam laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 5,8 persen pada 2020 atau lebih lambat dari perkiraan 6,1 persen untuk 2019. Sedangkan ekonomi Tiongkok tumbuh 6,6 persen pada tahun lalu. Tentu perlambatan ini patut diwaspadai agar tidak memberikan efek negatif.
“Ekonomi Tiongkok melambat, yang telah melanjutkan tren pelambatan sebelumnya, yang dimulai beberapa tahun lalu,” kata Wakil Direktur Pelaksana IMF Tao Zhang, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (26/10/2019).
“Dalam beberapa tahun terakhir, apa yang terjadi di dunia kami memiliki ketegangan perdagangan, kami memiliki kekuatan geopolitik lainnya, dan kami memiliki semua ketidakpastian di seluruh dunia. Ini menambah tekanan penurunan lebih lanjut pada ekonomi Tiongkok,” tambahnya.
Namun, Zhang mengatakan tingkat pertumbuhan seperti itu masuk akal mengingat Tiongkok sedang merestrukturisasi ekonominya untuk berkembang secara lebih berkelanjutan. Itu berarti lebih sedikit mengandalkan utang untuk mendorong pertumbuhan, dan lebih fokus pada konsumsi domestik.
“Transisi semacam itu akan diterjemahkan menjadi pertumbuhan kualitas Tiongkok yang lebih lambat tetapi lebih baik,” kata Zhang.
Sebelumnya, Tiongkok mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga 2019 sebesar 6,0 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy). Sementara analis yang disurvei memperkirakan PDB Tiongkok di kuartal ketiga tahun ini tumbuh 6,1 persen (yoy).
Pada kuartal kedua 2019, ekonomi Tiongkok tumbuh 6,2 persen secara yoy atau tingkat terlemah setidaknya dalam 27 tahun. Kondisi itu terjadi karena perang perdagangan yang sedang berkecamuk dengan Amerika Serikat (AS). Sejauh ini, perang dagang tersebut masih terus berlarut-larut dan belum ada tanda-tanda berhenti.
“PDB Tiongkok telah turun tajam sejak kuartal pertama 2018, hanya tumbuh 6,8 persen karena pengetatan kredit dan perselisihan perdagangan dengan AS,” kata Kepala Ekonomi dan Strategi Departemen Keuangan Asia dan Oceania Mizuho Bank Vishnu Varathan. (AT Network)
Discussion about this post