ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengungkapkan keprihatinannya atas indeks Inovasi Indonesia.
Wapres memandang, Indonesia harus memacu inovasi untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain, salah satunya dengan mendorong perguruan tinggi agar aktif melakukan riset.
Merujuk Data Global Innovation Index (GII) 2020, menurut Ma’ruf, peringkat Indonesia dari segi inovasi tidak bergeser di posisi 85 dari 131 negara di dunia.
“Peringkat ini masih sama dengan peringkat pada tahun 2019 dan 2018,” kata Ma’ruf, Rabu (23/9/2020).
Ma’ruf mengungkapkan dalam laporan yang sama pada tahun sebelumnya, Indonesia berada di posisi kedua terendah dalam bidang inovasi di ASEAN setelah Kamboja. Peringkat tersebut jauh di bawah Singapura (peringkat ke-8) dan Malaysia (peringkat ke-35) di mana perkonomiannya berbanding lurus dengan budaya inovasinya.
Wapres memandang, ada hubungan positif antara inovasi dengan tingkat pendapatan sebuah negara. Dalam laporan itu juga, negara-negara dengan skor inovasi yang tinggi cenderung memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang lebih tinggi.
“Hal ini menunjukkan bahwa inovasi memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan sebuah negara,” imbuhnya.
Situasi ini dianggap ironis oleh Ma’ruf. Pasalnya, dari segi anggaran Indonesia mengalokasikan dana cukup besar dalam bidang riset dan pengembangan jika dibandingkan dengan Vietnam. Namun, Vietnam memiliki jumlah peneliti lebih banyak, yakni 673 peneliti per 1 juta penduduk.
Sedangkan Indonesia hanya mempunyai 89 peneliti per 1 juta penduduk. Di samping itu, alokasi anggaran riset dan pengembangan Indonesia terbesar berasal dari pemerintah (40 persen), sisanya berasal dari swasta. Sedangkan alokasi anggaran riset dan pengembangan Vietnam kebanyakan berasal dari sektor industri (52 persen), sisanya dari pemerintah.
“Kondisi tersebut tentu harus menjadi perhatian kita semua. Terutama lembaga pendidikan tinggi, termasuk UNILA, yang bertugas mencetak peneliti, kreator dan inovator dalam berbagai bidang,” imbuhnya.
Ma’ruf berharap perguruan tinggi berperan dalam peningkatan daya saing dan kualitas sumber daya manusia. Dia mengingatkan persaingan ekonomi semakin kompetitif.
Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus mampu meningkatkan produktivitas nasional melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi yang tepat guna, inovasi, serta iklim usaha yang lebih baik. (ATN)
Discussion about this post