ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tiga pemilik hutan hujan terbesar di dunia, yakni Indonesia, Brasil dan Republik Demokratik Kongo secara resmi meluncurkan kemitraan iklim untuk kerja sama konservasi hutan tropis, pada Senin (14/11/2022).
Ketiga negara tersebut memiliki hutan tropis yang luas dan kian terancam oleh penebangan dan pertanian.
“Perwakilan dari Indonesia, Brasil dan DR Kongo mengumumkan kerja sama konservasi hutan tropis dan aksi iklim dalam side event COP27 (climate summit) Mesir pada 7 November, dan sepakat untuk menandatangani Pernyataan Bersama hari ini,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Kami memang membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama. Sendirian kami dapat melakukan sedikit, bersama-sama kami dapat melakukan banyak hal,” kata Luhut saat berada di arena KTT G20 Bali.
Perjanjian tersebut menyerukan agar ketiganya diberi kompensasi oleh komunitas internasional untuk mengurangi deforestasi, dengan fokus pada masalah bersama seperti akses ke pendanaan iklim dan harga satu ton karbon di pasar kredit karbon.
Sementara itu, Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio Lula da Silva diperkirakan akan menjanjikan pembalikan kebijakan lingkungan pendahulunya dari sayap kanan Jair Bolsonaro untuk melindungi hutan hujan Amazon.
Perjalanannya ke pembicaraan COP27 di Sharm el-Sheikh Mesir, yang akan dia sampaikan pada hari Rabu, akan menjadi kunjungan internasional pertamanya sejak mengalahkan Bolsonaro dalam pemilihan putaran kedua bulan lalu.
Pria berusia 77 tahun itu berjanji di jalur kampanye untuk bekerja menuju nol deforestasi.
Adapun Brasil pada KTT G-20 pada 15-16 November 2022 diwakili oleh Menteri Luar Negeri Carlos Franca.
Sementara, DR Kongo, yang merupakan rumah bagi 60 persen hutan hujan Basin Kongo yang luas, telah menghadapi kritik karena meluncurkan lelang pada bulan Juli untuk blok minyak dan gas, beberapa di antaranya berada di daerah sensitif.
Negara Afrika tengah itu menyatakan bahwa mengembangkan sumber daya fosilnya merupakan keharusan ekonomi.
Namun Menteri Lingkungan Hidup Eve Bazaida Mazudi mengatakan ketiga negara dapat menawarkan solusi perubahan iklim bersama.
“Dunia saat ini semakin hangat, sehingga umat manusia membutuhkan hutan hujan untuk mengikat CO2,” katanya. (AFP)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post