ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terus berupaya untuk memperluas penggunaan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) dalam berbagai sektor seperti perdagangan, investasi, pasar keuangan, perbankan, dan transaksi pembayaran antarnegara.
Langkah ini dilakukan dengan harapan dapat menguatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan China.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya menjaga dan memperkuat hubungan bilateral dengan China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia. China juga merupakan kontributor investasi asing kedua tertinggi dan salah satu sumber turis terbesar bagi Indonesia.
Perry juga menyampaikan prestasi positif dalam stabilitas makroekonomi Indonesia, seperti tingkat inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang mengecil, dan pertumbuhan pembiayaan perbankan yang meningkat.
“Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil,” ujar Perry dalam “Indonesia-China Business Forum” di Beijing, China (26/9) lalu.
Mekanisme transaksi LCT dapat mengurangi ketergantungan pada mata uang asing lainnya. Sejak dimulainya inisiatif LCT antara Indonesia dan China pada tahun 2017, 16 bank di Indonesia dan 8 bank di China telah terlibat dalam transaksi ini.
Gubernur BI mendorong pimpinan bank dan pelaku usaha untuk lebih memanfaatkan LCT ke depan guna mengoptimalkan potensinya.
Perry juga mencatat perkembangan positif dalam dua tahun terakhir terkait volume dan jumlah pengguna LCT Indonesia-China.
Selain dengan China, Indonesia juga telah menjalin kerja sama LCT dengan beberapa negara di kawasan, seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang. Selain itu, kesepakatan bersama telah dicapai dengan Singapura dan Korea Selatan untuk melaksanakan kerja sama LCT dengan Indonesia.
LCT memungkinkan transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal, dalam hal ini yuan (CNY) dan rupiah (Rp).
Perry Warjiyo juga mencantumkan lima alasan untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk fondasi makroekonomi yang stabil, pertumbuhan yang tinggi, reformasi struktural yang berkelanjutan, digitalisasi ekonomi yang cepat, serta pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Semua ini didukung oleh pasar domestik yang besar, pertumbuhan sektor jasa, dan populasi generasi milenial yang terus berkembang. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post