ASIATODAY.ID, BATAM – Sebuah terobosan cemerlang datang dari Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Korda KEPRI bersama Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia (LSP-AI).
Kedua lembaga itu mempakarsai inovasi dalam memanfaatkan Enzim dan Bioteknologi Herbal untuk pengembangan budidaya Udang Vannamei di Indonesia.
Langkah ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa komoditas udang telah lama menjadi salah satu andalan ekspor bagi Indonesia dari sektor kelautan dan perikanan. Salah satu jenis yang digandrungi adalah Vannamei. Sayangnya di tengah iklim yang ekstreme dan kerusakan lingkungan menciptakan tantangan berat bagi petambak udang.
Sebagai langkah nyata dalam transfer pengetahuan, MAI Korda KEPRI bersama LSP-AI menyelenggarakan Pelatihan Intensif Manajemen Bisnis Budidaya Udang Vannamei yang efisien, profitable dan berkelanjutan di Batam, yang berlangsung pada 5-6 Maret 2020.
“Kegiatan ini terbagi dalam dua sesi, ada materi kelas dan ujian praktik langsung di lapangan. Harapannya, peserta mampu meningkatkan produksi udang vannamei di Kepulauan Riau khususnya dan program nasional pada umumnya,” jelas Ketua Panitia, Dr Romi Novriadi yang juga Wakil Ketua MAI melalui keterangan tertulisnya yang diterima Minggu (8/3/2020). Pelatihan ini melibatkan sekitar 60 peserta dari berbagai unsur mulai dari pelaku usaha, akademisi dan stakeholder lainnya.
Salah satu pakar yang didaulat sebagai narasumber sumber yakni Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS, Prof Dr Yushinta Fujaya yang memaparkan Pemanfaatan Bioteknologi Herbal.
“Bioteknologi penting dalam meningkatkan produktivitas. Beragam mikroba dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan udang,“ paparnya dalam forum pelatihan itu.
Yushinta yang juga sekaligus Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia, menjelaskan beragam herbal Indonesia memiliki peran penting dalam menstimulasi pertumbuhan, sebagai imunostimulan, anti bakteri, anti fungal, anti virus pada budidaya udang.
“Gunakan bioteknologi untuk budidaya udang yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Dicontohkannya, beberapa tumbuhan yang bisa dimanfaatkan adalah meniran hijau, maja, urang aring, bayam, pala dan temu kunci.
”Manfaatnya banyak, bisa untuk promoter pertumbuhan, munostimulan, prebiotik dan anti-bakteri. Enzim memiliki peranan penting dalam pertumbuhan atau imunitas,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Ahmad Arif praktisi udang dan produsen enzim.
”Konsep kami juga kembali ke alam, meyelesaikan masalahnya sendiri dengan tidak terlalu banyak inputan. Karena padatan tebar tinggi otomatis limbah di petakan akan semakin besar. Dan ini menjadi cikal bakal masalah yang muncul,” jelasnya.
“Limbah di petakan gampang dibersihkan kalau tidak ada makhluk hidup di dalamnya. Tapi karena ada udang di petakan jadi kita harus menjaga daya dukung kehidupan udang agar bisa sehat dan tumbuh,” paparnya.
Menurut dia, dengan penggunaan enzym (gugus protein, bukan makhluk hidup) maka kebutuhan mikroorganisme untuk proses apapun dipetakan bisa ditekan.
“Karena kalau bakteri tinggi, plankton, tinggi, limbah tinggi dan udang sendiri juga sudah mulai besar, mereka akan saling berkompetisi untuk hidup, mulai berebut oksigen, makanan, dan ruang,” urainya.
Salah satu solusi efektif kata dia, salah satunya dengan menggunakan teknologi enzymatic.
“Dasar pemikirannya adalah limbah harus terdekomposisi secara maksimal dan cepat tanpa menggangu daya dukung hidup udang,” tandasnya.
Biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai Bio katalisator (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Enzym bersifat spesifik yaitu bekerja pada substrat tertentu. Dalam enzim yang diberi nama ‘Juara’ ini, mengandung salah satu enzim hidrolase yang berfungsi untuk mempercepat reaksi konversi dari galaktosida menjadi galaktosa, seperti laktosa menjadi monosakarida yaitu Galaktosa dan Glukosa.
Dengan enzim tersebut, perawatan, control, pencegahan dan perbaikan penyakit teratasi. Biasanya kondisi ini gejala diantaranya pencegahan gas, kembung dan tidak nyaman dan insuficiensi pancreas.
“Bio konversi lignosellulosa menjadi gula dan etanol memecah hemiselulosa meningkatkan serapan pakan. Jadi enzim memang dibutuhkan oleh udang ini agar tumbuh dengan kualitas dan kuantitas sesuai harapan,” tandasnya.
Pelatihan ini juga menghadirkan sejumlah pakar seperti Dr. Supono, M.Si, Praktisi Tambak di Lampung dan Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Korda Lampung.
“Pelatihan ini sangat menarik. Selain mengajarkan hal dasar mengenai budidayanya, juga mengenalkan teknologi terbaru,” tuturnya.
“Hal ini sejalan dengan tujuan pelatihan yaitu merefresh pengetahuan dasar budidaya sebagai bekal uji kompetensi dan memberikan pengayaan pengetahuan petambak,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post