ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan negara anggota Komisi Ekonomi Eurasia sepakat melanjutkan pembahasan peningkatan perdagangan dan investasi. Beragam jenis produk maupun jasa yang diunggulkan masuk dalam pembahasan tersebut.
Pertemuan bilateral dilakukan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dan Angota Dewan Menteri untuk Integrasi Ekonomi dan Makroekonomi Eurasian Economic Commission (EEC) Eurasian Economic Union (EAEU) Sergey Glasyev di sela-sela rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Indonesia, Kamis (17/10/2019).
Pertemuan yang dihadiri masing-masing duta besar anggota EEC itu juga dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum Kerja Sama (Memorandum of Cooperation/MOC) antara Indonesia dan EEC. Langkah ini sebagai bentuk komitmen kedua pihak mempererat hubungan ekonominya.
“Pertemuan ini merupakan implementasi dari visi Presiden Joko Widodo dalam meningkatkan ekspor, yaitu dengan membuka pasar baru bagi produk Indonesia, dan EAEU adalah pasar nontradisional,” kata Enggar disitat dari siaran pers, Jumat (18/10/2019).
Menurut Enggar menegaskan MOC akan dijadikan landasan bagi kedua pihak untuk memulai kerja sama teknis di berbagai bidang guna peningkatan perdagangan dan investasi, seperti pertukaran informasi dan pengalaman, studi bersama dan mendorong interaksi bisnis. Bidang kerja sama MOC mencakup 18 sektor antara lain perdagangan barang, jasa, investasi, industri, pertanian, transportasi, energi, persaingan usaha, dan hak kekayaan intelektual.
“Penandatanganan ini merupakan tonggak sejarah baru bagi kedua pihak. Menteri Sergey baru saja dilantik dan kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Menteri Sergey ke luar negeri. Hal ini memperlihatkan komitmen kedua pihak dalam peningkatan hubungan perdagangan Indonesia dengan Negara-negara anggota EEC,” papar Enggar.
EEC sebelumnya telah menandatangani MOC serupa dengan negara ASEAN lainnya. Pada pertemuan bilateral hari ini, kedua Menteri juga membahas tentang kerja sama dalam konteks ASEAN-EEC Dialogue.
“Untuk itu, kita harus memanfaatkan kerja sama ini untuk membangun momentum dan mendorong daya saing Indonesia, khususnya dengan EEC. Indonesia dan EEC akan melakukan pertemuan pertama Joint Working Group pada semester pertama 2020 untuk mengidentifikasi kerja sama konkret yang dapat dilakukan oleh kedua pihak,” tutur Enggar.
Pada pertemuan ini kedua Menteri juga membahas isu-isu hambatan perdagangan, di antaranya eksportasi kelapa sawit yang merupakan produk ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara EEC.
Adapun EAEU merupakan pasar tunggal yang beranggotakan lima negara, yaitu Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Federasi Rusia. Kelompok negara EAEU memiliki populasi sekitar 183 juta jiwa dan produk domestik bruto (PDB) per kapita sebesar USD27 ribu.
Pada 2018, perdagangan Indonesia-EAEU mencapai USD2,85 miliar dengan ekspor Indonesia ke EAEU sebesar USD1,04 miliar dan impor sebesar USD1,81 miliar. Secara umum tren perdagangan kedua pihak dari 2014-2018 meningkat sebesar 3,37 persen.
Ekspor utama Indonesia ke negara EAEU pada 2018 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya (USD403,19 juta), kelapa kopra, biji sawit atau minyak babasu (USD 69,32 juta), margarin (USD 49,62 juta), amino oksigen (USD 42,71 juta), dan karet alam (USD 34,85 juta).
Sementara impor utama Indonesia dari negara EAEU adalah produk besi/baja setengah jadi (USD513,09 juta), pupuk kalium mineral atau kimia (USD421,63 juta), gandum dan meslin (USD291,65 juta), batu bara dan bahan bakar padat lainnnya (USD130,24 juta), dan pupuk bukan nitrogen mineral atau kimia (USD75,02 juta). (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post