ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia mengajak Republik Korea untuk mengambil peran besar dalam memperkuat manfaat Mangrove untuk kepentingan dunia.
Hal itu bisa diwujudkan melalui kolaborasi riset, konservasi Mangrove dan pengembangan ekonomi biru.
“Mangrove memiliki peran yang begitu strategis bagi Indonesia, tidak hanya dari sisi lingkungan, potensi ekonomi serta ekonomi biru dari Mangrove memberikan dampak nyata khususnya bagi masyarakat pesisir,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan (PLK), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti saat mengunjungi Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk bersama Menteri Samudera dan Perikanan Republik Korea, Moon Seong-Hyeok.
Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada Jumat, (15/10/2021) demi menguatkan lebih dalam hubungan kedua negara dan menambah inovasi kerjasama khususnya di bidang Mangrove dan karbon biru.
Pemerintah Indonesia telah memiliki 7 agenda dalam RPJMN 2020-2024, salah satunya untuk mengembangkan lingkungan, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Pandemi yang melanda seluruh dunia tentu memberikan dampak bagi perekonomian bangsa, demi pemulihannya Pemerintah menginisiasikan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Mangrove yang dimulai pada kuartal keempat tahun 2020,
“Program ini telah berhasil merestorasi 18.152 Hektar lahan kritis mangrove dengan melibatkan lebih dari 40 ribu orang pekerja pesisir,” tekan Deputi Nani.
Tahun ini, ambisi Pemerintah ditingkatkan hingga mencapai target merehabilitas lahan mangrove seluas 600 ribu hektar hingga tahun 2024.
Program ini tentu melibatkan berbagai pemangku kepentingan lainnya, baik dari Pemerintah maupun sektor swasta,
“Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terkait bahu membahu untuk melaksanakan program restorasi mangrove, bahkan Presiden mengesahkan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove untuk mempercepat program dimaksud. Kami juga menggaet World Bank, Pemerintah Jerman dan Uni Emirat Arab (UEA) demi mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkap Deputi Nani.
Ia mengharapkan, Pemerintah Republik Korea ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam program restorasi mangrove di Indonesia.
Tidak hanya itu, potensi ekonomi biru dari mangrove juga begitu signifikan. Kemampuannya dalam menyerap karbon hingga empat kali lipat dibandingkan hutan terestrial lainnya.
“Kita harus meningkatkan berbagai studi terkait ini, dan melibatkan berbagai stakeholders lainnya,” tambah Deputi Nani.
Ia juga menyebutkan peluncuran update One Map Mangrove Indonesia sebagai basis data lahan Mangrove akan semakin memperkuat komitmen bangsa dalam merestorasi Mangrove ini.
Senada dengan Deputi Nani, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Ir. Wiratno menegaskan pentingnya regulasi, basis data teknologi informasi, monev dan sumber daya manusia dalam mencapai target ambisius Pemerintah dalam restorasi Mangrove.
“Peta Nasional Mangrove ini dapat menjalankan seluruh kebutuhan tersebut,” tegasnya.
Sementara itu, Menteri Samudera dan Perikanan Republik Korea mengungkapkan keindahan Indonesia memberikannya semangat untuk menjaga lingkungan lebih ekstra.
“Korea tidak memiliki keindahan alam seindah Indonesia. Luar biasa, hal ini menjadikan kami lebih semangat untuk mencapai karbon netral,” pungkasnya.
Republik Korea juga menegaskan keseriusannya untuk mendukung program Mangrove dan riset serta pengembangan karbon biru di Indonesia. Mereka mengharapkan kerjasama yang berkelanjutan di bidang Mangrove secara keseluruhan dengan Indonesia kedepannya.
Dalam kunjungan ini, turut dijelaskan pula berbagai studi kasus terkait Mangrove dan penggunaan teknologi drone untuk menanam bibit mangrove. Rombongan juga melakukan kunjungan ke beberapa titik strategis seperti Bird Watching Tower, melakukan penanaman Mangrove, dan perjalanan menyusuri taman Mangrove menggunakan kapal.
Kedepannya diharapkan, kerjasama yang baik akan terjalin dengan Republik Korea demi menyukseskan program rehabilitasi Mangrove dan mencapai karbon netral di Indonesia. (ATN)
Discussion about this post