ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) meluncurkan kerja sama dengan SurfAID.
SurfAID merupakan lembaga nirlaba internasional yang bergerak untuk peningkatan kesehatan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang hidup di daerah terpencil yang terhubung melalui kegiatan selancar (surfing).
Menurut Sekjen Kemendes PDTT, Anwar Sanusi, program dalam bentuk hibah dari SurfAid bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di daerah 3T, yaitu Terluar, Terdepan, dan Tertinggal.
“Ada 3 program besar dalam kerjasama Kemendesa PDTT dengan SurfAid dalam kurun waktu 2019 sampai 2022,” terangnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (5/10/2019).
Anwar menjelaskan, ketiga program besar itu yakni program Ehowu di Kabupaten Nias Sumatera Utara, program Katuerukat di Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, program Nusatani di Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur dan kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.
“Ketiga program itu fokus untuk penguatan kapasitas masyarakat lokal dan juga perbaikan kualitas kehidupan melalui program-program kesehatan juga ekonomi-ekonomi produktif yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan,” paparnya.
Kolaborasi dengan SurfAid ini kata dia, merupakan kerja sama yang pertama meski sebelumnya dari tahun 2000 SurfAID sudah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Kalau dilihat dari sisi substansi dan juga lokus kegiatan, irisannya sangat dekat dengan yang dilakukan oleh Kemendes PDTT.
“Kami sangat berharap program-program yang dikembangkan ini selaras dengan yang dilakukan Kementerian dalam peningkatan kapasitas masyarakat pedesaan dan peningkatan produktifitas ekonomi pedesaan,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu Kemendes PDTT Aisyah Gamawati mengatakan, Kemendes PDTT dan SurfAID telah menyusun Rencana Induk Kegiatan untuk tahun 2019-2022. Fokus garapan atau target sasaran di 48 desa tertinggal yang tersebar di 5 kecamatan di 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumba Barat dan Bima.
Dalam kerjasama ini akan melibatkan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu), Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD), serta Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT).
Dia mengatakan Kemendes PDTT direkomendasikan oleh Tim Pengawas Ormas Asing/Inter Kementerian untuk menjalin kerjasama dengan SurfAid. Kemendes PDTT dinilai selaras dengan karakteristik dan lokus dari surfAid yaitu wilayah perdesaan serta berkarakteristik pantai.
Di Kemendes PDTT, program kerja sama dengan SurfAid ini dilakukan oleh 3 Direktorat Jenderal yang akan bersama-sama berkoordinasi dan bersinergi mendukung pelaksanaan program dan kegiatan di lapangan serta akan melakukan pemantauan secara terintegrasi tentunya juga dengan melibatkan Kementerian Luar Negeri serta instansi lainnya guna memastikan pengelolaan bantuan benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat sasaran.
Douglas McGregor Lees, CEO SurfAid mengatakan SurfAid berharap akan terus berkontribusi untuk membantu pemerintah indonesia dalam memajukan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil. Dia mengatakan di Indonesia, SurfAid memulai kegiatan pada tahun 2000, didirikan oleh seorang dokter yang memiliki hobi selancar.
Pada awalnya dia mengunjungi spot surfing yang menakjubkan di Indonesia namun pada saat bersamaan ia juga melihat bagaimana beberapa masyarakat di tempat ia berselancar meninggal oleh penyakit yang sebenarnya masih bisa dicegah dan diobati. Hal tersebut membangkitkan rasa kemanusiaannya dan dilanjukan dengan memulai memberikan bantuan program kesehatan.
“Setelah beberapa tahun memberikan program kesehatan, nutrisi dan meningkatkan status kesehatan, maka kami membuat program yang holistik dan berkembang. Tidak hanya kesehatan, tapi bagaimana juga meningkatkan pembangunan ekonomi dan ketahanan pangan di desa, maka kami merasa cocok dengan Kemendes PDTT, karena memang kami juga fokus ke daerah daerah terpencil dan tertinggal,” terang Douglas McGregor Lees. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post