ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemkomarives)mulai menggagas pemberlakukan pajak progresif ekspor komoditas nikel.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemkomarives Septian Hario Seto, tujuan penerapan pajak ini untuk mendorong investasi di ranah hilir industri nikel.
Dia pun memberikan contoh bahwa jika harga nikel naik di atas USD15.000 per ton, maka bisa dikenakan pajak sebesar 2 persen. Demikian pula jika semakin tinggi harga nikel, pajak yang dikenakan juga akan semakin besar.
Namun penerapan pajak ini masih digagas dan belum jelas, apakah akan dikenakan juga pada produk olahan nikel seperti nickel matte atau mixed sulphide precipitate (MSP)/Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Meski belum diputuskan, namun rencana penerapan pajak ini sudah berdampak terehadap harga nikel.
Saat ini, harga nikel mencatat kenaikan tertinggi. Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (13/1/2022), harga nikel sempat naik hingga 1,2 persen ke level USD22.064 per ton di London Metal Exchange (LME).
Angka tersebut merupakan harga tertinggi sejak September 2011 lalu. Harga logam yang dijadikan bahan baku pembuatan baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik tersebut juga terpantau membukukan rekor tertinggi pada perdagangan di Shanghai sejak 2015.
Katalis utama yang menopang reli harga nikel adalah rencana pemerintah Indonesia untuk memberlakukan pajak progresif untuk nikel dan feronikel pada tahun ini. Langkah ini akan memicu kenaikan biaya untuk perusahaan pemurnian di luar negeri dan berpotensi mengerek naik harga nikel.
Adapun, harga nikel telah menguat sekitar 10 persen sepanjang pekan ini setelah Tesla mengamankan pasokan komoditas ini dari Talon Metals Corp. Harga komoditas logam dasar tengah menikmati tren kenaikan seiring dengan penguatan permintaan dan terganggunya pasokan.
Analis Goldman Sachs Group, Nicholas Snowdon, dalam laporannnya menyebutkan defisit pasokan pada logam dasar masih akan terus terjadi. Seiring dengan hal tersebut, Goldman Sachs meningkatkan target harga 12 bulan untuk alumunium, tembaga, dan seng.
Snowdon mengatakan, titik awal yang lebih ketat di pasar serta tren kendaraan listrik yang semakin populer dan keterbatasan pasokan akan menjadi katalis kenaikan harga nikel yang berkelanjutan.
“Pertumbuhan produksi nickel pig iron Indonesia pada tahun ini tidak akan cukup untuk menggeser pasar ke kondisi surplus pasokan,” jelas Snowdon dalam laporannya. (ATN)
Discussion about this post