ASIATODAY.ID, ANKARA – Sebuah laporan resmi yang dirilis pada Jumat (17/3) memperkirakan bahwa dua gempa bumi yang mengguncang Turkiye selatan pada 6 Februari lalu telah menimbulkan kerugian ekonomi kurang lebih 2 triliun lira Turkiye (1 lira = Rp809) atau sekitar US$105,2 miliar (1 dolar AS = Rp15.418) bagi negara tersebut.
Laporan tersebut, yang diumumkan oleh Kementerian Keuangan dan Perbendaharaan Turkiye serta disiapkan oleh departemen strategi dan anggaran kepresidenan, memperkirakan bahwa beban finansial yang disebabkan oleh gempa tragis itu dapat mencapai sekitar 9 persen dari total pendapatan nasional pada 2023.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa pengeluaran bantuan yang digelontorkan untuk area gempa mencapai total 351 miliar lira atau sekitar US$18,5 miliar dari pendapatan nasional.
Kerusakan perumahan mengambil porsi terbesar dalam total beban gempa pada ekonomi Turkiye yaitu 54,9 persen, dan nilai moneternya dikalkulasi mencapai 1,07 triliun lira atau sekitar US$56,4 miliar.
Penyebab kerugian ekonomi terbesar kedua adalah hancurnya infrastruktur dan bangunan layanan publik, yang diestimasi mencapai 242,5 miliar lira atau sekitar US$12,7 miliar.
Kerusakan pada sektor swasta, tidak termasuk perumahan, diperkirakan mencapai 222,4 miliar lira atau sekitar US$11,7 miliar. Ini termasuk kerusakan pada sektor manufaktur, energi, komunikasi, pariwisata, kesehatan, dan pendidikan.
Gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang Provinsi Kahramanmaras di Turkiye selatan pada 6 Februari pukul 04.17 waktu setempat (08.17 WIB), diikuti gempa bermagnitudo 7,6 pada pukul 13.24 waktu setempat (17.24 WIB) di provinsi yang sama.
Korban tewas akibat gempa yang berdampak pada 11 provinsi di Turkiye itu tercatat melampaui 48.000 orang, sementara puluhan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post