ASIATODAY.ID, JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memproyeksikan kinerja emiten pertambangan batu bara di Indonesia akan lebih baik pada 2021 seiring dengan perbaikan harga batubara.
Mengutip laporan Fitch Ratings terbaru Jumat (27/11/2020), harga dan volume penjualan batubara dari emiten pertambangan Indonesia diperkirakan meningkat yang juga akan mendukung sedikit peningkatan dalam metrik kredit setiap emiten.
“Fitch mengasumsikan pemulihan harga batubara Indonesia berkalori 4.200 kcal pada 2021 menjadi US$32,5 per ton daripada tahun sebelumnya sebesar US$27 per ton. Perbaikan harga mulai tampak pada akhir 2020 seperti yang diestimasikan,” tulis Fitch Ratings dalam publikasi risetnya.
Fitch juga mengestimasikan volume produksi tumbuh 6 persen pada 2021 dibandingkan dengan penurunan sebesar 3 persen pada 2020.
Hal itu akan membantu emiten batubara untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik pada tahun depan mengingat sebagian besar emiten telah berhasil menekan biaya produksi pada 2020 dan kemungkinan berlanjut hingga tahun depan seiring dengan biaya bahan bakar yang lebih rendah.
Fitch Ratings pun mempertahankan outlook stabil terhadap PT Adaro Indonesia, entitas usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), dan Golden Energy and Resources Limited entitas usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA).
Kendati demikian, Fitch juga mempertahankan outlook negatif untuk PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Bukit Makmur Mandiri Utama yang merupakan entitas usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID), dan PT ABM Investment Tbk. (ABMM).
Outlook negatif mencerminkan ruang kepala yang terbatas karena metrik kredit telah melemah mengikuti dinamika industri yang lemah.
Sebagai referensi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terdapat empat proyek gasifikasi batubara yang akan dikembangkan, yaitu oleh PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia yang merupakan dua anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan entitas usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yaitu PT Adaro Indonesia.
China Beli 200 Juta Ton
Realisasi penjualan batubara Indonesia dipastikan bakal mendapatkan rapor hijau dalam waktu tiga tahun mendatang.
Hal ini menyusul komitmen para importir China yang menyetujui pembelian batubara Indonesia sebesar USD1,46 miliar atau setara Rp20,6 triliun dan tertuang dalam perjanjian kerja sama antara Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) dengan CCTDA (China Coal Transportation and Distribution) pada Rabu (25/11/2020).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, hasil kesepakatan akan mendongkrak nilai batubara yang sempat mengalami kelesuan di tengah pandemi Covid-19.
“Kami optimis komoditas batubara akan kembali bergairah menyusul adanya kerja sama ini. Sebuah momen positif untuk mengembalikan realisasi produksi sesuai dengan proyeksi yang ditetapkan,” ungkap Agung di Jakarta, melalui keterangan tertulisnya Kamis (26/11/2020).
Agung menguraikan, kerja sama ini berawal dari hasil kunjungan kerja Pemerintah Indonesia ke China yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi beberapa bulan lalu.
“Upaya ini merupakan langkah konkrit pemerintah RI dan RRC dalam merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menguraikan, kesepakatan penjualan batubara Indonesia ke China akan meningkatkan volume perdagangan.
“Nilai kesepakatan antara perusahaan-perusahaan yang hadir pada saat penandatanganan kerjasama adalah senilai USD1,46 miliar. Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama anatara kedua negara untuk mencapai volume perdagangan 200 juta ton di tahun 2021” kata Hendra.
Selain menyepakati kebijakan ekspor jangka panjang, sambung Hendra, kerja sama ini juga memfasilitasi para produsen batubara di Indonesia dengan pihak pembeli di RRT dan meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara.
Kesepakatan ini sendiri dilaksanakan dalam acara “China-Indonesia Coal Procurement Matchmaking Meeting” yang diselenggarakan secara virtual.
Acara ini dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Kementerian Perdagangan RRT Mr. Peng Gang, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RRT untuk RI Mr. Xiao Qian, dan Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk RRT dan Mongolia Djauhari Oratmangun.
Penandatanganan kerjasama antara APBI dengan CCTDA juga dihadiri oleh anggota APBI yang menjadi eksportir batubara ke RRT yaitu Adaro, Bukit Asam, Kideco, Indo Tambangraya Megah, Multi Harapan Utama, Berau dan Toba Bara. Turut hadir pula perwakilan dari Kedutaan RRT, serta CNCA (China National Coal Association).
Saat ini, Pemerintah Indonesia juga sedang menggalakkan program hilirisasi yang merupakan langkah maju untuk membantu perekonomian dan mendorong energi hijau.
“Kebijakan hilirisasi batubara ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi bagi investor dari Tiongkok yang dikenal sudah sangat maju dalam penguasaan teknologi pengolahan batubara termasuk gasifikasi,” tegas Agung.
Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir mengapresiasi dukungan dari pemerintah dalam mendorong kerjasama perdagangan dan investasi di sektor industri batubara yang merupakan industri yang berkontribusi signifikan tidak hanya bagi penerimaan negara tetapi juga bagi ketahanan energi nasional.
“Dengan kerjasama ini, produsen batubara nasional optimis menatap tahun 2021 meskipun pasar batubara global diperkirakan belum akan pulih sepenuhnya seperti di tahun 2018-2019,” ungkap Pandu.
Sebagai informasi, berdasarkan data Kepabeanan China, total ekspor Indonesia ke China untuk produk Batubara, khususnya HS 2702, HS 2701 dan HS 2704, untuk periode Januari – September 2020 mencapai USD4,9 miliar, menurun dibandingkan dengan total ekspor tahun 2019 dalam periode yang sama, sebesar USD5,8 miliar. (ATN)
Discussion about this post