ASIATODAY.ID, JAKARTA – Konservasi hutan adat di Indonesia menginsipirasi komunitas global.
Negera-negara seperti Iran, Nepal, Australia, Kenya dan Norwegia menyatakan keinginan untuk belajar dari Indonesia dan mereplikasi di negaranya masing-masing. Mereka tertarik dengan pengelolaan Komunitas Adat di Indonesia yang sangat menginspirasi dan memberikan pembelajaran yang baik untuk melestarikan kearifan lokal dan pengetahuan tradisional dalam rangka membangun masyarakat yang diakui dan negara yang berdaulat.
Hingga Oktober 2022, Indonesia telah menetapkan kawasan hutan adat seluas 148.488 Hektare kepada 105 komunitas adat dan indikatif hutan adat seluas 1.090.754 Hektare. Sedangkan untuk skema Perhutanan Sosial seluas 5,187,000 hektar untuk 7.814 local communities.
Pembahasan Hutan Adat ini mengemuka dalam rangkaian forum pra UNFCCC COP27 yang diselenggarakan di Sharm El Sheikh, Mesir.
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Bambang Supriyanto – beserta Delegasi Republik Indonesia, menghadiri mandatory event the 8th Facilitative Working Group Local Communities and Indigenous People Platform (FWG LCIPP) yang diselenggarakan pada tanggal 1-4 November 2022 di COP27 Venue Sharm El Sheikh International Convention Center.
“Agenda ini merupakan pertemuan tahunan para anggota LCIPP dan negara-negara mitra untuk mendiskusikan perkembangan pengelolaan indigenous people dan local community, tentunya pertemuan ini menjadi ajang penting untuk pertukaran informasi dan sharing pembelajaran antar setiap negara,” kata Bambang.
Di Asia Tenggara, Indonesia bersama Filipina mempunyai kebijakan mengenai adat bersama negara anggota yang lain untuk mengembangkan ASEAN Guidelines on Recognition of Customary Tenure in Forested Landscapes yang dapat mendukung aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Indonesia juga mendukung pelaksanaan identifikasi dan diseminasi informasi substantif tentang pengembangan dan penggunaan kurikulum perubahan iklim untuk Komunitas Adat dengan menitikberatkan pada sistem pendidikan formal dan informal bagi generasi muda dan para perempuan Adat.
“Keterlibatan Indonesia dalam Forum FWG LCIPP ini sangat baik dan menginspirasi, mengingat Indonesia dihuni oleh ratusan suku-suku bangsa dengan kearifan lokal masing-masing yang menyebar dari Sabang sampai Merauke. Tradisi kearifan lokal yang diwariskan turun temurun, dari generasi kegenerasi yg memastikan pelestarian hutan dan lingkungan berlangsung secara efektif dan berkelanjutan,” kata Kasubdit Pengelolaan Hutan Adat Ditjen PSKL KLHK, Yuli Prasetyo Nugroho. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post