ASIATODAY.ID, BANDUNG – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Youth 20 (Y20) Indonesia secara resmi telah berahir di Gedung Asia Afrika Bandung, Jawa barat, Jumat (22/7/2022).
Y20 merupakan wadah konsultasi resmi bagi para pemuda dari seluruh negara anggota G20 agar dapat saling berdialog.
Delegasi perwakilan masing-masing dari empat tema utama Y20 Indonesia 2022—planet yang berkelanjutan dan layak huni, ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, serta keberagaman dan inklusi—memaparkan dan menyampaikan bagian-bagian yang relevan dari naskah komunike.
Isu pertama yang menjadi pembahasan utama delegasi Y20 adalah Sustainable and Livable Planet. Isu ini dipresentasikan oleh delegasi Argentina, Tomás Listrani Blanco.
Dalam komunike yang diumumkan, delegasi Y20 untuk Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni mendesak para pemimpin negara G20 untuk segera mengadopsi proposal untuk pemulihan dan transisi yang adil, dengan memprioritaskan orang dan wilayah yang paling terkena dampak.
Di antara proposal kebijakan yang disajikan dalam komunike, isu prioritas tersebut mengidentifikasi tiga poin utama yang memungkinkan transformasi menuju planet yang berkelanjutan dan layak huni.
Pertama, mengabadikan hak antargenerasi atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan dalam konstitusi nasional dan hukum internasional. Poin ini akan menetapkan kerangka hukum yang diperlukan untuk menanamkan pendekatan “One Health” dalam protokol kesehatan masyarakat.
Menyadari keterkaitan krisis iklim dan ekologi dengan kesehatan masyarakat, poin ini sangat relevan untuk mencapai pulih bersama, pulih lebih kuat paska pandemi yang terkait erat dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem.
Kedua, memastikan bahwa semua teknologi adalah sumber dan data terbuka untuk tantangan global – termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kesiapsiagaan dan respon epidemi, untuk memajukan kolaborasi multilateral dalam mencari solusi untuk mengatasi krisis.
Sebagai prinsip dasar yang mendasari semua proposal, komunike tersebut menegaskan kembali pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan untuk semua, dengan pertukaran pengetahuan yang kuat dan pembangunan kapasitas sebagai syarat untuk mulai bertindak demi kesehatan planet bumi.
Dalam rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh delegasi Indonesia, Marshiella Pandji, digarisbawahi peluang dan tantangan lapangan kerja bagi kaum muda yang sangat penting untuk era pasca Covid-19. Delegasi menuntut para pemimpin negara G20 untuk mengambil tindakan dengan melibatkan pemangku kepentingan dan mendorong inklusivitas kepada kelompok yang kurang beruntung.
Di antara poin-poin ini adalah jaring pengaman sosial di mana delegasi merekomendasikan untuk menghilangkan kesenjangan perlindungan bagi pekerja muda yang rentan, termasuk mereka yang baru pertama kali memulai kerja, melalui ketentuan afirmatif dalam skema iuran, seperti subsidi premium dan persyaratan kualifikasi pekerja yang dilonggarkan; pengembangan keterampilan juga merupakan poin kunci untuk masalah ketenagakerjaan muda, delegasi merekomendasikan skema yang memberikan jaminan pemuda yang menawarkan program pelatihan opsional, kesempatan belajar berbasis kerja, dan/atau pekerjaan berkualitas dalam interval yang sesuai sejak seorang pemuda menjadi pengangguran atau keluar pendidikan.
Kaum muda membutuhkan nasihat menyeluruh dan dukungan bisnis, mulai dari ide hingga pembiayaan jangka panjang, serta menghubungkan pengusaha pemula dengan rekan dan pemain kunci, terutama praktisi dan investor.
Delegasi Indonesia, Marcel Satria, menyampaikan rekomendasi Y20 terkait Transformasi Digital. Rekomendasi tersebut menekankan peran bahwa transformasi digital yang terjangkau, dapat diakses, dan inklusif dapat membantu menjadi pendorong pertumbuhan sosial, ekonomi, dan berkelanjutan.
Untuk mencapai hal ini, Y20 menggarisbawahi pentingnya konektivitas yang bermakna dan bagaimana membuat partisipasi di ranah digital dapat diakses oleh semua orang, melalui investasi dan kerja sama infrastruktur digital.
Kepercayaan dan penggunaan layanan dan alat digital bergantung pada pengetahuan tentang cara menggunakannya. Delegasi menguraikan rekomendasi Y20 untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan melalui model pembelajaran yang dikembangkan masyarakat, berbasis mentor, dan peer-to-peer, yang dibuat bersama dengan masyarakat sipil dan diinformasikan oleh pedoman pendidikan keterampilan digital nasional.
Bersamaan dengan strategi pemerintahan digital yang inklusif, komunike menekankan untuk lebih banyak partisipasi dan prioritas pemuda dalam tata kelola digital, terutama pada privasi data dan keamanan siber. Inisiatif utama adalah seruan agar G20 mengadopsi “piagam kesejahteraan digital” pada tahun 2023 yang menguraikan prinsip-prinsip yang memprioritaskan kesehatan mental, pencegahan bunuh diri, keselamatan anak, perlindungan konsumen, dan penyediaan layanan kesejahteraan digital yang inklusif.
Mengingat agenda inklusi keuangan G20, Y20 juga menyuarakan keterlibatan pemuda yang lebih besar, kerja sama, dan pertimbangan lingkungan pada teknologi keuangan yang sedang berkembang. Rekomendasi termasuk pendekatan untuk kerangka kerja internasional yang lebih kuat dan keterlibatan pemuda dalam pengembangan mata uang digital bank sentral dan regulasi aset kripto.
Menyadari dampak lingkungan dari peningkatan digitalisasi, Y20 menyerukan mandat agar perusahaan mengungkapkan konsumsi listrik dan jejak karbon pusat datanya. Ini adalah pertama kalinya isu Keberagaman dan Inklusi dibahas di forum Y20.
Y20 Indonesia 2022 mengangkat isu ini untuk memastikan semua pemuda dari berbagai latar belakang dan kondisi dapat berpartisipasi dalam sistem yang dibangun.
Keberagaman dan Inklusi juga mencerminkan semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Disampaikan oleh delegasi Amerika Serikat, Ana Mariel Campusano, Dalam masa kritis menuju pemulihan Covid-19 yang lebih baik, kaum muda menekankan bahwa tidak ada kemajuan dan kemakmuran yang dapat dicapai tanpa keterlibatan semua orang, termasuk kaum muda, dalam keragaman mereka.
Delegasi Y20 meminta para pemimpin negara G20 untuk mengatasi kesenjangan sistemik dan dampak sosial ekonomi yang mempengaruhi pemuda melalui pendidikan inklusif, salah satunya dengan mengalokasikan dana untuk memastikan sumber daya pendidikan yang efektif untuk semua siswa, terutama mereka yang berasal dari komunitas terpinggirkan, dengan fokus khusus pada penyandang disabilitas.
Selain itu, ekonomi kreatif dan dunia kerja juga menjadi poin penting dalam isu prioritas ini. Pemimpin G20 juga disebut perlu menciptakan Pendapatan Hidup Layak Khusus Negara yang ditentukan oleh kapasitas individu masing-masing negara yang menyediakan jaring pengaman keuangan yang stabil bagi seniman, pengrajin, pekerja yang bekerja melalui platform digital, pengusaha, dan pekerja lepas sambil mendorong transisi dari sektor informal ke sektor formal.
Kesehatan, kesehatan mental, dan kesejahteraan adalah poin penting untuk memastikan kaum muda mendapatkan perlindungan yang layak mereka dapatkan dan membuat mereka merasa aman. Delegasi menuntut untuk mengurangi stigma terkait kesehatan dengan menerapkan pelatihan berbasis bukti medis yang akurat tentang kesehatan mental, disabilitas, masalah kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi, dan kesadaran persetujuan afirmatif.
Rancangan komunike berbagai isu prioritas tersebut disepakati oleh delegasi Y20 dengan prosesi penandatanganan komunike yang akan disampaikan kepada pemerintah untuk pertimbangan dan implementasi kebijakan G20. (ATN)
Discussion about this post