ASIATODAY.ID, JAKARTA – Generasi milenial memegang peran krusial dalam memastikan kelestarian dan masa depan Laut Indonesia.
Yang paling nyata, peran aktif generasi dalam menekan masalah sampah plastik di laut, khususnya di wilayah segitiga karang yang memiliki beragam keanekaragaman hayati.
Menurut Aryo Hanggono, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan, generasi milenial memiliki pola pikir dan karakter out of the box, penuh kreativitas, inovatif, dan cepat beradaptasi dengan teknologi baru.
“Dengan kelebihan karakteristik tersebut, Indonesia sangat berharap banyak karya kreatif dan solusi inovatif yang dihasilkan untuk melindungi dan mengelola laut kita, khususnya di kawasan segitiga karang,” kata Aryo dalam keterangan tertulis, Kamis (11/6/2020).
Seperti diketahui, peringatan Hari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Day/CT-Day) jatuh pada 9 Juni dan diperingati oleh semua negara anggota CTI.
Tahun ini perayaan CT-Day dilakukan secara daring. KKP menggandeng National Coordinating Committee The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (NCC CTI CFF) Indonesia untuk mengajak generasi milenial bersama-sama mengatasi persoalan sampah plastik di wilayah segitiga karang.
Momentum CT-Day ke-9 pada tahun ini mengangkat tema “Love for Corals: Working Together Towards a Plastic Free Coral Triangle.” Tema ini menekankan pentingnya kemitraan dan kerja sama menangani persoalan kelautan dan mengatasi dampaknya pada ekositem terumbu karang dan ekosistem pesisir lainnya.
“Semoga momentum CT-Day kali ini dapat membangkitkan kesadaran tentang Kawasan Segitiga Karang sebagai kawasan penting dunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta keragaman budaya,” jelasnya.
Memperingati CT-Day, KKP bersama NCC CTI-CFF menggelar talkshow yang dikemas dalam program Bincang Asik Bikin Semua Tertarik (Bisik-Bisik) PRL. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari generasi milenial.
Staf Khusus Milenial Presiden sekaligus CEO Kitong Bisa, Billy Mambrasar yang hadir sebagai pembicara menceritakan pengalamannya saat mengajar di Fak-Fak, Papua.
Menurut Billy, bagi beberapa masyarakat, laut bukan hanya bermakna secara ekonomis tetapi juga kesatuan.
“Walaupun kita berbeda agama, tetapi kita disatukan oleh laut yang sama dan kita harus menjaganya bersama-sama,” katanya.
Billy menyayangkan terjadinya penurunan minat generasi milenial untuk menjadi penerus, ahli waris nilai-nilai kelautan atau menjadi nelayan. Padahal Indonesia merupakan negara maritim.
“Beberapa pekerjaan besar yang harus diselesaikan adalah bagaimana mengurangi sampah plastik di laut, mengurangi angka kemiskinan di sektor kelautan, dan bagaimana mewariskan kebanggaan kepada generasi milenial untuk menjadi nelayan-nelayan modern dan berteknologi tinggi,” terang Billy.
Swietenia Puspa Lestari, Executive Director Divers Clean menjelaskan banyak hal sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial dalam menjaga laut dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti sedotan, kantung plastik, gelas dan botol plastik.
“Masalah plastik di tahun 2019 didominasi oleh single use plastic yang diproduksi oleh kita baik itu di kota dan di pesisir. Sampah-sampah ini sulit didaur ulang,” jelasnya.
Kirana Agustina, Spesialis Kebijakan WRI Indonesia menambahkan berdasarkan pengalaman saat ekspedisi ke Atlantik untuk meneliti sampah di laut, isu plastik rentan dengan perempuan, karena dampak toxic plastik pada perempuan dan laki-laki berbeda.
“Sampah plastik atau mikroplastik sudah satu ekosistem dengan ekosistem laut lainnya dan ini alarm yang nyata. Setop plastik dari sumbernya di darat dan sebisa mungkin sampah plastik kita setop sebelum sampai di laut,” pesannya. (AT Network)
Discussion about this post