ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Maritim dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasan pemerintahan Presiden Joko Widodo lebih memilih merapat ke China dan meninggalkan Amerika Serikat.
Penjelasan Luhut itu disampaikan saat menerima kunjungan CEO International Development Finance Corporation (IDFC) Adam Boehler.
“Saya terbuka, jujur menyampaikan kepada Adam Boehler, hubungan Indonesia dengan China sangat bagus. Saya mengatakan kepada Adam, bahwa hubungan kepada Amerika juga bagus, tapi baru satu tahun terakhir,” ujar Luhut dalam diskusi daring yang dikutip, Sabtu (24/10/2020).
Adam Boehler adalah orang dekat Predisen AS Donald Trump. Boehler sebelumnya bergabung dengan Partai Demokrat. Namun, sejak Trump menjabat Presiden, dia merapat ke Partai Republik.
Lebih lanjut, Luhut menyampaikan bahwa sebelumnya Indonesia tidak punya kontak dekat dengan para pejabat Amerika sehingga untuk kepentingan investasi pemerintah melakukan pendekatan kepada China.
“Sebelum-belumnya kita tidak punya kontak dengan Amerika. Tidak punya, ‘ya karena kalian susah ditemui, ya sudah saya juga marah dengan kalian’, minta-minta waktu ketemu, ditemuinya sama wakil menteri, ya tidak mau saya. Ya sudah kita merapat ke China, jadi jangan salahkan kami,” demikian Luhut menceritakan kepada Boehler.
Namun, dalam pertemuan tersebut Luhut menyampaikan bahwa kiblat kerja sama Indonesia saat ini sudah bergeser ke Amerika, khususnya dalam setahun terakhir.
“Yaudah sekarang kami berubah, Indonesia menjadi strategic partner Amerika. Jadi sebenarnya bagaimana berdiplomasi itu penting, kita harus tau, kita ini sakti, negara yang tidak bisa dilecehkan,” terang Luhut.
Menurut Luhut, Indonesia saat ini cukup diperhitungkan oleh dua raksasa dunia, China dan Amerika, seiring dengan perseteruan mereka dari sisi ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, pemerintah akan memainkan peran kekuatan penyeimbang.
“Balance of power itu penting. Jumlah penduduk kita terbesar setelah China, India, dan Amerika. Dari sisi ekonomi tidak jauh. Kita kaya dari hasil bumi. Kalau dikelola bagus jadi power kuat. Jadi negosisasi dengan mereka harus sama,” tambahnya.
Sebagai referensi, investasi China di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mendominasi. China berada di urutan kedua setelah Singapura. Amerika bahkan tidak ada di peringkat lima besar meski pernah mendominasi. (ATN)
Discussion about this post