ASIATODAY.ID, JAKARTA – Peristiwa ledakan dan kebakaran yang terjadi di smelter nikel milik perusahaan China, PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, menjadi catatan buruk dalam hilirisasi mineral di Indonesia.
Demikian diungkapkan anggota Komisi VII DPR RI, Yulian Gunhar. Menurutnya, proses pembangunan smelter seiring proses hilirisasi mineral harus dievaluasi terkait keamanan.
“Kebakaran di smelter di Morowali itu harus dijadikan catatan, bahwa pemerintah jangan hanya mengejar keunrungan hilirisasi mineral, namun juga perlu kajian mendalam terkait perizinan dan persyaratan pembangunan smelter yang aman,” tegas Gunhar dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (31/12/2022).
Gunhar mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut, karena sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memastikan faktor keamanan dalam proses hilirisasi mineral.
Dikatakan, dalam kasus ini, Komisi VII akan segera melakukan kunjungan ke lokasi kejadian, untuk melihat secara utuh terkait penyebab kebakaran smelter agar dapat segera diinvestigasi. Bahkan legislator PDI Perjuangan itu menegaskan, perlunya dibentuk Panitia Kerja (Panja) untuk menyelidiki kebakaran di smelter nikel milik PT GNI.
“Melalui Panja semua akan terjawab apa yang menyebabkan semelter Morowali bisa meledak. Akan terungkap seterang-terangnya jika ada unsur teknis yang menjadi penyebab musibah yang menelan korban jiwa tersebut,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, smelter nikel PT GNI meledak dan menyebabkan kebakaran yang menewaskan dua pekerjanya. Insiden ini terjadi pada 22 Desember 2022 di Morowali Utara.
Terkait profil smelter nikel ini, melansir laman perusahaan, Sabtu (31/12/2022), PT Gunbuster Nickel Industri merupakan perusahaan smelting yang berdiri sejak 2019. Founder PT GNI adalah pengusaha bernama Tony Zhou Yuan. Lokasi perusahaan smelter nikel ini berada di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Perusahaan menyebutkan jika industri smelter nikel menerapkan proses Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) teknologi dengan mengembangkan 25 jalur produksi dan menghasilkan 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
“Kami menghasilkan produk ferronickel yang kemudian diolah menjadi besi stainless yang digunakan untuk produksi stainless dan industri besi nickel alloy. Kami menghasilkan 10-12% Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas produksi pertahun 2,000,000 metrik ton (kami menyuplai langsung produk kami kepada konsumen yang kemudian diolah lagi menjadi produk yang dapat digunakan sehari-hari),” demikian dikutip dari laman perusahaan.
PT Gunbuster Nickel Industry resmi melakukan ekspor perdana produk hasil olahan nikel pada Kamis, (20/1/2022). Produk diekspor berupa membawa produk turunan nikel dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI) atau feronikel sebanyak 13.650 ton.
Apa itu teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF)
Secara umum, smelter nikel China yang beroperasi di Indonesia menggunakan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF).
Keunggulan teknologi RKEF China jika dibandingkan milik perusahaan barat, diklaim bahwa pengerjaannya lebih cepat dan murah dengan hasil yang menjanjikan, sehingga nilai capex (capital expenditure) menjadi rendah.
Tak heran, mulai dari peralatan, material, hingga tenaga kerja semuanya dari China yang membuat pengeluaran lebih sedikit dengan harga murah. Konstruksi smelter juga berlangsung cepat hanya dengan 2 tahun lamanya, bahkan bisa lebih cepat jika brownfield/expansion telah rampung.
Selain itu, cepatnya proses ramp-up saat produksi dalam mencapai design capacity-nya, hanya butuh waktu 1 tahun dikarenakan tenaga kerja China yang berpengalaman dalam mengoperasikan smelter berteknologi RKEF ini.
Lalu, apakah pekerja asal Indonesia mampu menguasai dan mengoperasikan teknologi tersebut saat ini? Pastinya pekerja Indonesia mampu apabila sudah terlatih, namun hal ini membutuhkan waktu agar dapat memahami hingga mahir.
Pembuatan Ferro-Nickel
Pembuatan ferro-nickel dilakukan melalui dua rangkaian proses utama yaitu reduksi dalam tungku putar (rotary kiln/RK) dan peleburan dalam tungku listrik (electric furnace, EF) dan lazim dikenal dengan Rotary kiln Electric Smelting Furnace Process atau ELKEM Process.
Bijih nikel yang telah dipisahkan, baik ukuran maupun campuran untuk mendapatkan komposisi kimia yang diinginkan, diumpankan ke dalam pengering putar (rotary dryer) bersama-sama dengan reductant dan flux. Selanjutnya dilakukan pengeringan sebagian (partical drying) atau pengurangan kadar air (moisture content), dan kemudian dipanggang pada tanur putar (rotary kiln) dengan suhu sekitar 700 -1000°C tergantung dari sifat bijih yang diolah.
Maksud utama pemanggangan (calcination) adalah untuk mengurangi kadar air, baik yang berupa air lembab (moisture content) maupun yang berupa air kristal (crystalized water), serta mengurangi zat hilang bakar (loss of ignition) dari bahan-bahan baku lainnya.
Selain itu, pemanggangan dimaksudkan juga untuk memanaskan (preheating) dan sekaligus mencampur bahan-bahan baku tersebut. Dalam tanur putar juga dilakukan reduksi pendahuluan (prereduction) secara selektif untuk mengatur kualitas produk dan meningkatkan efisiensi/produktivitas tanur listrik, sesuai dengan pasaran dan kadar bijih yang diolah. Sekitar 20% dari kandungan nikel bjiih tereduksi, reduksi terutama dilakukan untuk merubah Fe3+ menjadi Fe2+, sehingga energi yang dibutuhkan dalam tanur listrik menjadi lebih rendah. Bijih terpanggang dan tereduksi sebagian dari tanur putar ini dimasukkan ke dalam tanur listrik secara kontinu dalam keadaan panas (di atas 500°C), agar dapat dilakukan pereduksian dan peleburan.
Dari hasil peleburan diperoleh feronikel (crude ferronickel) yang selanjutnya dimurnikan pada proses pemurnian. Crude ferronickel memiliki kandungan 15-25% Ni dan terkandungan pengotor yang tinggi seperti karbon, silikon dan krom. Pemurnian dilakukan dengan oxygen blowing untuk menghilangkan karbon, krom dan silikon juga ditambahkan flux berupa kapur, dolomit, flouspar, aluminium, magnesium, ferosilikon dsb., untuk menghasilkan slag yang memungkinkan sulfur dapat terabsorb pada saat pengadukan dengan injeksi nitrogen.
Hasil proses pemurnian dituang menjadi balok feronikel (ferronickel ingot) atau digranulasi menjadi butir-butir feronikel (ferronickel shots), dengan kadar nikel di atas 30%.
Pembuatan Nikel Pig Iron (NPI)
Nickel Pig Iron adalah logam besi wantah dengan kandungan Ni sekitar 5-10% Ni yang merupakan hasil dari proses peleburan bijih nikel kadar rendah di bawah 1.8% Ni. Pada saat ini NPI dihasilkan dari proses peleburan bijih nikel kadar rendah dengan menggunakan tungku tegak, blast furnace. NPI digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless steel.
Proses pembuatan NPI dengan jalur terdiri dari tahapan sintering dan peleburan dalam tungku tegak. Biaya produksi pembuatan NPI melalui rute peleburan dalam tungku tegak adalah $17,637 per ton sedangkan melalui rute peleburan dalam tungku listrik (electric arc furnace) adalah $15,430 per ton (Macquarie Bank analysis).
Struktur biaya pembuatan NPI melalui peleburan dalam electric furnace adalah 37% dari pembelian bijih nikel laterit, 9% untuk pembiayaan pekerja, pajak, refraktori, elektroda dsb, 1% untuk pembiayan konsumsi lime flux, 6% untuk pembiyaan batubara sebagai reduktor, 8% untuk pembiyaan batubara sebagai reduktor.
Rute lain untuk mengurangi konsumsi energi listrik adalah melalui jalur dead reduction dalam rotary kiln. Tahapan terdiri dari sizing kemudian mengalami proses pengeringan kemudian direduksi dalam rotary kiln sehingga baik nikel oksida dan besi oksida terreduksi menjadi logam masing-masing dan membentuk nickel-ferro alloy.
Untuk memisahkan dari pengotor maka kalsin dari rotary kiln dilakukan penggerusan dan selanjutnya mengakami pemisahan dengan separator magnetik sehingga dihasilkan konsentrat ferronickel. Konsentrat crude ferronickel kemudian dibriket/dipellet dan dipasarkan. Proses ini dapat mengolah bijih nikel kadar rendah 0,8-1,5% Ni.
Diresmikan Jokowi
Pada 27 Desember 2021, Presiden Jokowi diketahui ikut meresmikan smelter bijih nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Kala itu Jokowi berharap keberadaan smelter dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun tersebut akan meningkatkan nilai tambah hingga 14 kali lipat dibandingkan bahan mentah nikel.
“Saya sangat menghargai, mengapresiasi pembangunan smelter oleh PT Gunbuster Nickel Industry. Ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit. Dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel ini nilai tambahnya meningkat 14 kali, dan jika dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel akan meningkat nilainya 19 kali lipat,” ujar Presiden seperti dikutip dari laman setkab. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post