ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) mendorong Pemerintah Indonesia agar meningkatkan biaya emisi karbon dioksida sebagai langkah nyata dalam menekan pemanasan global dan perubahan iklim.
Menurut Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria, langkah menaikkan harga karbon akan mempengaruhi masa depan lingkungan Indonesia dan dunia hingga 15 tahun ke depan. Hal tersebut menjadi salah satu rekomendasi dari OECD melalui survei ekonomi terhadap Indonesia di 2021.
“Pernyataan saya berbasis sains dan saya akan terus ulangi. Pasang harga tinggi pada karbon,” kata Angel saat peluncuran hasil survei ekonomi OECD terhadap Indonesia, yang digelar secara virtual Kamis (18/3/2021).
Angel menjelaskan, meningkatkan harga karbon tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca global (GHG). Harga karbon yang tinggi dapat menekan pengrusakan keanekaragaman hayati (biodiversity) dan melindungi masyarakat lokal.
Merespon rekomendasi OECD, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani menegaskan bahwa aspek lingkungan menjadi fokus pemerintah Indonesia saat ini sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo melalui serangkaian kebijakan dan aksi.
Sesuai dengan kesepakatan Paris Agreement kata Sri, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen oleh usaha dari dalam negeri, dan 42 persen apabila mendapat dukungan internasional di 2030.
“Saya sampaikan bahwa rekomendasi OECD ini telah kami implementasikan dalam bentuk kebijakan,” kata Sri Mulyani.
Dikatakan, kebijakan terkait lingkungan yang telah bergulir akan membantu peranannya sebagai co-Chair dalam the Coalition of Finance Ministers for Climate Action, serta Indonesia sebagai tuan rumah dari G20 di 2022. (ATN)
Discussion about this post