ASIATODAY.ID, PARIS – Tiga ratus ilmuwan dunia menyampaikan keprihatinannya atas kondisi terumbu karang dunia yang mengalami kerusakan masif akibat pemanasan global.
Para ilmuwan yang tergabung dalam Global Coral Reef Monitoring Network mengungkapkan, sejak 2009 hingga 2018, setidaknya 14 persen terumbu karang dunia mengalami kehancuran. Selain pemanasan global sebagai penyebab utama, praktek penangkapan ikan menggunakan bom, disertai polusi turut berkontribusi atas kerusakan ekosistem itu.
Dari hasil temuan itu, kehancuran terumbu karang paling parah terjadi di perairan laut di Asia Selatan dan Pasifik, di sekitar Semenanjung Arab, dan di lepas pantai Australia.
“Pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata bagi ekosistem terumbu karang dunia,” kata Paul Hardisty, CEO Institut Ilmu Kelautan Australia, dalam sebuah pernyataan, Selasa (5/10/2021).
Lautan menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, melindungi permukaan tanah tetapi menghasilkan gelombang panas laut yang besar dan tahan lama, yang mendorong banyak spesies karang melewati batas toleransinya.
Satu peristiwa yang disebut pemutihan pada tahun 1998 yang disebabkan oleh air yang memanas memusnahkan 8 persen dari semua karang.
Terumbu karang hanya menutupi sebagian kecil, 0,2 persen, dari dasar laut tetapi mereka adalah rumah bagi setidaknya seperempat dari semua hewan dan tumbuhan laut.
Selain menopang ekosistem laut, mereka juga menyediakan protein, pekerjaan, dan perlindungan dari badai dan erosi garis pantai bagi ratusan juta orang di seluruh dunia.
“Nilai barang dan jasa dari terumbu karang sekitar US$ 2,7 triliun per tahun, termasuk US$ 36 miliar di bidang pariwisata,” tulis laporan itu.
Hilangnya karang dari 2009 hingga 2018 bervariasi menurut wilayah, mulai dari 5 persen di Asia Timur hingga 95 persen di Pasifik tropis timur.
“Sejak 2009 kita telah kehilangan lebih banyak karang di seluruh dunia daripada semua karang hidup di Australia,” kata direktur eksekutif UNEP Inger Anderson.
“Kita bisa membalikkan kerugian, tapi kita harus bertindak sekarang.”
Panel penasehat ilmu iklim PBB, IPCC memproyeksikan, pemanasan global 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri akan membuat 70 hingga 90 persen dari semua karang menghilang.
Di dunia yang bertambah hangat 2 derajat celsius, kurang dari 1 persen karang global akan bertahan.
Suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat sebesar 1,1 derajat celsius di atas patokan itu.
Namun, laporan yang berjudul Status of Coral Reefs of the World: 2020, juga menemukan alasan untuk tetap optimistis.
“Beberapa terumbu telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bangkit kembali, yang menawarkan harapan untuk pemulihan terumbu yang rusak di masa depan,” kata Hardisty.
“Segitiga Terumbu Karang” Asia Timur dan Tenggara, yang berisi hampir 30 persen terumbu karang dunia, terkena dampak lebih ringan oleh air yang memanas selama dekade terakhir, dan dalam beberapa kasus menunjukkan pemulihan.
“Ketahanan ini dapat disebabkan oleh spesies yang unik di wilayah tersebut, yang berpotensi menawarkan strategi untuk meningkatkan pertumbuhan karang di tempat lain,” kata para penulis.
Laporan tersebut merupakan survei global terumbu karang keenam dan yang pertama sejak 2008, berdasarkan hampir 2 juta titik data dari 12.000 situs yang mencakup 73 negara selama 40 tahun,.
Untuk mengukur perubahan dari waktu ke waktu, para peneliti membandingkan area yang ditutupi oleh karang keras hidup yang sehat dengan area yang diambil alih oleh alga, tanda kerusakan karang.
Laporan ini dilakukan dengan dukungan dari UNEP dan Inisiatif Terumbu Karang Internasional, kemitraan pemerintah dan organisasi penelitian yang berfokus pada pelestarian terumbu karang dan ekosistem terkait. (ATN)
Discussion about this post