ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) tengah menyiapkan skenario pemulihan ekonomi di Indonesia pasca pandemi Covid-19 dengan membangun industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi untuk menarik investasi ke Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, salah satu industri yang menjadi fokus pemerintah adalah pengembangan baterai lithium menggunakan raw mineral Indonesia yang kaya akan nikel dan kobalt sebagai dua bahan utama baterai EV.
Menurutnya, Filipina memiliki deposit nikel nomor dua setelah Indonesia dan diprediksi deposit nikel itu akan habis dalam dua tahun ke depan. Oleh karena itu, Indonesia akan menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang berinvestasi di sektor pengembangan baterai lithium.
“Negara lain akan tergantung dengan kita. Saat ini kita memainkan iramanya. Karena itu kita akan segera mendorong transfer teknologinya,” Kata Luhut melalui keterangan tertulisnya, Rabu (3/6/2020).
Luhut memandang, Indonesia memiliki cadangan mineral sebagai bahan baku industri yang cukup banyak jika dibanding negara-negara Asia seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor besi baja Indonesia secara konstan meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2017 nilai ekspor besi baja senilai USD3,3 miliar, meningkat menjadi USD 5,3 miliar pada 2018, dan USD7,4 miliar pada 2019. Bahkan nilai ekspor besi baja melebihi ekspor kendaraan di kuartal pertama tahun 2020.
“Pembangunan industri dari hulu ke hilir akan memberi nilai tambah bagi Indonesia,” ujarnya.
Luhut mencontohkan, ekspor biji nikel pada 2018 sebesar 19,28 juta ton senilai USD612 juta. Saat biji nikel diolah menjadi stainless steel slab, volume ekspor menjadi sebesar 3,85 juta ton dengan nilai USD6,24 miliar.
“Ada peningkatan nilai ekspor sebesar 10,2 kali lipat di sini. Selama ini kita hanya ekspor raw material, ini yang coba diubah pemerintahan Jokowi sejak lima tahun ke belakang. Kita ingin hilirisasi nikel. Ini sudah kita mulai di Sulawesi dan Maluku,” jelas Luhut.
Untuk membangun industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi tentu membutuhkan kerja sama dari pihak lain. Menko Luhut mengatakan pemerintah akan membuka investasi bagi negara-negara lain yang bisa memberikan imbal balik bagi Indonesia.
“Dalam investasi tentu ada take and give. Indonesia akan memprioritaskan investor yang mau turut membantu memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam mengelola sumber daya mineral. Harus ada transfer teknologi, hingga mendidik tenaga kerja lokal,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post