ASIATODAY.ID, BEIJING – Kepala Ekonom Asia-Pasifik S&P Global Ratings Shaun Roache mengatakan sektor jasa China terlalu lambat untuk pulih dari pandemi Covid-19.
Kondisi itu bisa dikatakan ‘diremehkan’, yang akhirnya membuat pemulihan ekonomi Beijing belum maksimal meski mulai ada tanda-tanda perbaikan.
China adalah salah satu ekonomi besar yang tumbuh tahun lalu meskipun ada tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
China melaporkan pertumbuhan ekonomi 2,3 persen pada 2020, tetapi kinerja lintas sektor tidak seimbang dengan ekspor tetap kuat, sementara konsumsi terus melambat.
“Ini adalah salah satu aspek yang paling diremehkan dari pemulihan China, fakta bahwa itu sangat tidak seimbang,” kata Shaun Roache, dilansir dari CNBC International, Sabtu (13/3/2021).
“Strategi Covid-19 China telah berhasil dari sudut pandang kesehatan, tetapi membebankan biaya ekonomi jangka panjang dalam arti bahwa kami melihat sektor jasa jauh lebih lambat daripada yang diperkirakan orang. Itu pekerjaan yang membuat depresi dan pada gilirannya menurunkan kepercayaan konsumen,” tambahnya.
Roache menunjukkan penjualan ritel China belum pulih ke level yang terlihat sebelum pandemi. Untuk sebagian besar 2019, China melaporkan pertumbuhan penjualan ritel bulanan di atas delapan persen secara tahun-ke-tahun. Tetapi penjualan telah menyusut setiap bulan sejak Maret tahun lalu, karena Covid-19 memaksa sebagian besar ekonomi ditutup.
“Pemulihan yang lambat dalam konsumsi sebagian merupakan hasil dari tanggapan kebijakan China terhadap Covid-19,” kata Michael Pettis, seorang profesor di Sekolah Manajemen Guanghua Universitas Peking.
Dia menjelaskan otoritas China lebih menekankan pada peningkatan pasokan dalam perekonomian. Hal itu berarti lebih banyak tindakan yang ditujukan untuk membantu bisnis dan industri. Kondisi industri dan konsumen yang tidak setara di China tercermin dalam data inflasi terbaru yang dirilis.
Data resmi menunjukkan indeks harga produsen naik 1,7 persen pada Februari dibandingkan dengan tahun lalu. Sedangkan indeks harga konsumen turun 0,2 persen pada periode yang sama.
“Sayangnya, reaksi China terhadap Covid-19 sangat berbeda dari seluruh dunia,” kata Pettis.
“Sebagian besar dunia melihat Covid-19 sebagai guncangan dari sisi permintaan dan merespons dengan kebijakan yang benar-benar meningkatkan permintaan, distribusi pendapatan, dan hal-hal seperti itu. China benar-benar merespons seolah-olah itu adalah guncangan sisi penawaran dan hampir semua tanggapan mereka adalah ditujukan ke sisi suplai,” tambahnya.
“China mengatakan ingin menyeimbangkan kembali ekonominya dengan fokus yang lebih besar pada pasar domestik. Tetapi masih harus dilihat seberapa sukses negara itu setelah bertahun-tahun mengandalkan utang untuk pertumbuhan,” pungkas Pettis. (ATN)
Discussion about this post