ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengalokasikan dana investasi sebesar USD7,8 miliar setara Rp112,3 triliun untuk kegiatan hulu di 2020. Nilai tersebut meningkat 84 persen dibanding tahun lalu sebesar USD4,2 miliar.
Menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, investasi tersebut dialokasikan terutama untuk kegiatan ekplorasi dan memulai pengeboran sumur yang lebih agresif. Dengan meningkatnya investasi, Pertamina menargetkan mengebor 411 sumur atau naik 17 persen dibanding 2019 yang tercatat 351 sumur.
“Investasi terbesar berada di sektor hulu, sebesar USD3,7 miliar, agar Pertamina bisa terus meningkatkan produksi migas dalam rangka menuju target satu juta barel,” ujar Nicke melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/3/2020).
Nicke menjelaskan, Pertamina mendukung penuh rencana Pemerintah dalam pencapaian produksi satu juta barel per hari (bph) melalui kontribusi sebesar 65 persen dari total volume domestik. Kontribusi terbesar yang diharapkan pada 2030 berasal dari enhanced oil recovery (EOR) sebesar 36 persen dari total volume produksi dan transformasi resources to production di lapangan-lapangan migas sebesar 36 persen dari total volume produksi.
“Perlu terobosan dalam sisi komersial, regulasi dan teknologi untuk merealisasikan target pencapaian produksi tersebut,” terang Nicke.
Pertamina bertekad akan terus meningkatkan produk migas secara bertahap. 2020 produksi migas ditargetkan sebesar 923 ribu bph, naik dibanding prognosa 2019 sebesar 906 bph.
“Pertamina harus terus bekerja keras untuk bisa menahan natural decline rate dan sekaligus meningkatkan produksi migas, mengingat sumur yang dikelola sudah mature. Dengan pengalaman yang panjang serta pemanfaatan teknologi mutakhir, Pertamina optimis bisa terus mengelola lapangan migas dengan optimal,” papar Nicke.
Pertamina juga akan lebih agresif dalam mencari dan menemukan tambahan cadangan migas melalui survei seismik. 2020 total luasan survei seismik 2D termasuk 2D open area mencapai lebih dari 31 ribu km, meningkat 500 persen dari tahun lalu.
Sedangkan untuk seismik 3D mencapai lebih dari 1.000 km persegi, meningkat hingga 55 persen dibanding 2019. Tahun ini, Pertamina melakukan merupakan survei seismik terbesar di kawasan Asia Pasifik.
Nicke juga menegaskan peningkatan produksi juga akan dilakukan pada energi baru terbarukan, terutama panas bumi dengan target 4.635 GWH, naik sebesar sembilan dibanding prognosa 2019 yang tercatat 4.271 GWHI. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post