ASIATODAY.ID, JAKARTA – Peta persaingan industri kendaraan listrik di Asia Tenggara makin ketat dan kian menunjukkan kemajuan besar.
Pasalnya, sejumlah negara di kawasan itu berlomba menjadi basis industri tersebut, seperti Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura.
Vietnam secara mengejutkan menunjukkan kemajuan pesat dalam perkembangan industri mobil listrik. Bahkan negeri itu sudah berhasil memproduksi mobil listrik di dalam negeri dan mengekspor ke pasar Amerika Serikat (AS).
Pabrikan mobil listrik Vietnam VinFast pada Desember 2022 telah berhasil mengekspor 999 unit SUV listrik VF 8 ke Amerika Serikat.
VinFast awalnya menargetkan pengiriman 5.000 mobil dalam ekspor perdananya. Akibat penundaan produksi memaksa VinFast untuk mengurangi jumlah tersebut.
VinFast punya alasan tersendiri yang unik memberi nama SUV listrik VF 8 dengan 999 (triple 9). Sebab, angka 999 dianggap sebagai keberuntungan oleh masyarakat Vietnam.
“Tidak ada angka yang lebih beruntung dari 999,” kata CEO VinFast Le Thi Thu Thuy dilansir dari laman The Drive, Rabu (30/11/2022).
Menurut Thuy, sudah ada pengiriman kedua ke AS yang direncanakan untuk Januari, meski tidak jelas berapa banyak yang akan dikirim. Pengiriman pertama ini menandai langkah awal VinFast untuk menjajaki pasar AS.
VinFast berencana membangun pabrik di North Carolina, yang diklaim akan segera membuat kendaraannya memenuhi syarat untuk insentif pajak federal.
VinFast VF 8 adalah SUV listrik lima kursi ukuran sedang yang, di pasar AS, hanya akan hadir dalam konfigurasi penggerak semua roda dua motor. Namun, akan ada dua pilihan tenaga, yaitu mobil entry-level dengan 348 tenaga kuda dan torsi 368 pound-feet atau upgrade 402 tenaga kuda dan torsi 368 pound-feet atau upgrade 402 tenaga kuda dan 457 pound-feet.
VinFast menyediakan dua opsi baterai, rentang standar (82 kWh) dan rentang yang diperpanjang (87,7 kWh).
Thailand Kuasai Pasar
Laporan terbaru yang diluncurkan Global Passenger Electric Vehicle Model Sales Tracker dari Counterpoint menyebutkan bahwa pasar kendaraan listrik penumpang di kawasan Asia Tenggara tumbuh 35 persen secara tahunuan (Year over Year, YoY) pada kuartal ketiga 2022 (Q3 2022).
Thailand mencatatkan volume penjualan kendaraan listrik tertinggi di kawasan ini, menguasai hampir 60% pangsa pasar, diikuti oleh Indonesia dan Singapura. Kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) berkontribusi atas 61% dari penjualan dan sisanya berasal dari plug-in hybrid EVs.
Wuling muncul sebagai merek kendaraan listrik terlaris di Asisa Tenggara, diikuti oleh Volvo dan BMW.
Menurut Global Passenger Vehicle Forecast dari Counterpoint, pasar kendaraan listrik di Asia Tenggara diperkirakan tumbuh dengan cepat dan pada akhir dekade ini penjualan kendaraan listrik diprediksi akan melampaui angka 3,5 juta dengan CAGR 124 persen.
Analis Riset di Counterpoint, Abhilash Gupta, memandang bahwa meskipun penjualan kendaraan listrik penumpang di Asia Tenggara kecil dibandingkan wilayah lain, permintaan secara bertahap meningkat.
“Saat ini, penjualan kendaraan listrik hanya sedikit di atas 2 persen dari total penjualan kendaraan penumpang di wilayah tersebut. Banyak pabrikan sedang menyiapkan atau berencana untuk mendirikan pabrik manufaktur di seluruh wilayah karena kebijakan, subsidi, dan insentif yang menguntungkan oleh negara-negara Asia Tenggara utama seperti Thailand, Indonesia, Singapura, dan Malaysia,” kata Gupta dikutip dari laporan Counterpoint, Senin (26/12/2022).
Ringkasan Pasar
Pasar kendaraan listrik penumpang di Thailand telah berkembang pesat tahun ini. Negeri itu menjadi pemimpin di region Asia Tenggara.
Thailand meraih hampir 60 persen pangsa penjualan kendaraan listrik penumpang di Asia Tenggara pada kuartal ketiga 2022.
Disebutkan pula bahwa Thailand bertujuan mencapai 100 persen penjualandomestik dari kendaraan listrik berbasis baterai pada tahun 2035. Subsidi, keringanan cukai, dan pengurangan pajak impor telah menempatkan Thailand di posisinya saat ini.
Sementara itu, Indonesia mengambil 25 persen pangsa penjualan kendaraan listrik penumpang di Asia Tenggara pada kuartal ketiga 2022. Selain itu, selama periode tersebut, Indonesia telah mencatatkan volume penjualan kendaraan listrik tertinggi hingga saat ini.
Model Wuling Air EV yang diluncurkan pada periode tersebut sangat populer di Indonesia dan menjadi model terlaris selama periode tersebut.
Baru-baru ini pula, banyak perusahaan telah mengumumkan rencana untuk mendirikan fasilitas produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia, yang sejalan dengan target Indonesia membangun fasilitas baterai berkapasitas 140 GWh pada tahun 2030.
Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam produksi kendaraan di Asia Tenggara. Sementara Singapura, menguasai hampir 12 persen pangsa penjualan kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Singapura memiliki target mencapai 100 persen penjualan kendaraan tanpa emisi pada tahun 2030 dan telah memperkenalkan berbagai insentif, kebijakan, dan skema untuk meningkatkan adopsi kendaraan listirk.
Di samping itu, Singapura juga mencoba mengembangkan jaringan 60.000 titik pengisian daya yang terhubung dengan baik pada akhir dekade ini.
Malaysia Berpacu
Adapun Malaysia, negeri itu hanya memiliki 3 persen pangsa pasar kendaraan listirk di Asia Tenggara pada kuartal ketiga 2022. Meskipun demikian, pemerintah Malaysia mendukung penerapan kendaraan listrik dan telah membebaskan kendaraan listrik dari pajak jalan raya, impor, cukai, dan penjualan.
Dorongan lebih lanjut untuk mengembangkan infrastruktur pengisian daya di Malaysia diharapkan akan meningkatkan penjualan kendaraan listrik.
Mengomentari prospek pasar, Analis Senior Soumen Mandal menyebut bahwa sektor otomotif kawasan Asia Tenggara sebagian besar ditempati oleh pabrikan Jepang.
“Namun, dengan peralihan fokus ke kendaran listrik, mereka menghadapi persaingan ketat dari China, Korea Selatan, dan beberapa pemain lokal,” kata Mandal.
Keterjangkauan
Menurut Mandal, keterjangkauan tetap menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan kendaran listrik di kawasan ini.
Namun, skenario itu berubah dengan ketersediaan beberapa opsi kendaran listrik yang lebih murah dari Wuling, BYD, GWM, dan SAIC.
“Tidak seperti pasar kendaraan listrik maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, opsi kendaraan listrik dengan harga murah semakin populer di pasar negara berkembang seperti Thailand dan Indonesia,” ujar Mandal. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post