ASIATODAY.ID, BANTEN – Wilayah pesisir Provinsi Banten kini dalam kondisi terancam. Pasalnya, tingkat kerusakan hutan mangrove di wilayah itu telah mencapai 60 persen dari total luasan 2.600 hektare. Selain karena aktivitas penebangan liar, penyebab kerusakan itu lebih besar karena adanya alih fungsi lahan untuk kepentingan industri termasuk pembangkit listrik.
Direktur Rekonvasi Bhumi, Nana Prayatna Rahadian mengungkapkan, untuk mengembalikan fungsi hutan mangorove dibutuhkan keterlibatan seluruh stakeholder di daerah itu.
“Ini sangat menyedihkan karena mangrove itu penting untuk menjaga ekosistem pesisir dan keberlanjutan hidup biota dan para nelayan. Tapi tidak semua masyarakat punya kesadaran untuk menjaga itu,” terangnya, Kamis (25/7/2019).
Menurut Nana, berbagai upaya untuk mengembalikan keberadaan hutan mangorove tengah digagas melalui deseminasi infomasi dan mengajak peran serta masyarakat, khususnya diwilayah pesisir.
“Saat ini ada beberapa masyarakat yang mulai tergerak untuk menanam mangorove di lahan-lahan bekas tambak. Kita menyadari, upaya ini memang butuh proses karena masih ada sebagian masyarakat memanfaatkan mangorove untuk kepentingan jangka pendek seperti membangun rumah, perahu tanpa mau menanam kembali,” jelasnya.
Menurut Nana, kebijakan pemerintah untuk memulihkan kembali hutan mangorove masih setengah hati.
“Tidak ada upaya konkret dari pemerintah untuk mengatasi kerusakan mangrove yang cukup besar ini. Tidak ada langkah – langkah itu, selama ini pemerintah berencana membuat mangrove centre seperti di Bali tapi baru sebatas wacana, padahal mangorove sangat vital sebagai benteng untuk melindungi wilayah pesisir,” paparnya.
Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang konsen terhadap kelestarian lingkungan, Nana bertekad akan terus bergerak bersama Rekonvasi Bhumi, untuk mendorong gerakan pelestarian mangorove di daerah itu.
“Ini tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah, swasta atau LSM. Kerja sama para pihak itu energi besar untuk perbaikan lingkungan. Kami berharap ke depan tidak hanya Lotte Chemical Indonesia, Chandra Asri yang tergerak untuk mengambil peran, tapi ada juga perusahaan-perusahaan lainnya yang punya kepedulian yang sama terhadap lingkungan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Banten Husni Hasan mengungkapkan, upaya untuk memperbaiki hutan mangrove yang rusak terus dilakukan, karena fungsinya sangat positif dan strategis, selain mencegah abrasi pantai juga sebagai wadah budidaya kerang, kepiting dan udang.
“Hutan mangrove menjadi salah satu pendukung untuk budidaya kerang, kepiting dan udang jadi secara ekonomi bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan pesisir,” terangnya.
Bahkan kata dia, pada beberapa tempat hutan mangrove ini akan dijadikan obyek wisata.
“Kita sudah berencana melestarikan kembali mangorove ini untuk kepentingan wisata dan budidaya, tapi sayang sekarang 60 persennya rusak akibat sampah, alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan penebangan liar,” ujar dia. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post