• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
  • Arabic
  • Chinese (Simplified)
  • English
  • French
  • German
  • Indonesian
  • Korean
  • Norwegian
  • Russian
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Potensi Geothermal Indonesia Melimpah Tapi Belum Digarap Optimal

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
June 11, 2022
in Energi Hijau
3 min read
0
Jepang Siapkan Investasi USD10 Miliar Dukung Transisi Energi di ASEAN

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng, di Indonesia. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Masa depan energi panas bumi atau geotermal di Indonesia diyakini cukup cerah di tengah transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) yang masif saat ini. Apalagi sifat panas bumi yang bersih, aman dari sisi pasokan, dan harga cukup terjangkau menjadi salah satu alternatif terbaik bagi Indonesia.

“Indonesia juga dituntut untuk melakukan peralihan menuju energi bersih,” kata Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Rachmat Hidayat kepada pers di Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi di Indonesia mencapai 23,7 gigawatt (GW).

RelatedPosts

Presiden Jokowi Galang Negara G7 Investasi Energi Bersih di Indonesia

Pulau Messah: Dulu Gelap Gulita, Kini Panen Terik Surya

CLIMATE ACTION: Presidensi G20 Indonesia Dorong MDBs Implementasi Keuangan Hijau

MHI Mulai Studi Kelayakan Penggunaan Amonia untuk Pembangkit Listrik di Indonesia

Indonesia Sambut Antusias Proyek Hidrogen Hijau Australia Tahun ini

Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 megawatt (MW), pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat.

Rachmat menceritakan bahwa Indonesia telah berpengalaman selama 39 tahun dalam pengembangan dan pengoperasian lapangan geotermal, dimulai dengan PLTP Kamojang pada 1983.

“Panas bumi merupakan energi bersih yang sustainable apabila dilakukan manajemen reservoir dengan baik. Geotermal akan memegang peran yang semakin penting bagi program dekarbonisasi untuk mendukung energi bersih,” kata Rachmat.

Rachmat menjelaskan PGE saat ini mengoperasikan sendiri lapangan geotermal dengan kapasitas terpasang 672 MW, dan dengan skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC) sebesar 1.205 MW.

“Dengan demikian, 83 persen kapasitas terpasang di Indonesia berasal dari WKP PGE yang dikelola sendiri maupun yang dikerjasamakan dalam skema JOC,” katanya.

PGE juga merencanakan pengembangan sebesar 600 MW yang menjadikan kapasitas terpasang own operation menjadi 1.272 di tahun 2027. Rencana pengembangan tersebut setara dengan 32 persen target penambahan kapasitas terpasang PLTP dalam RUPTL 2021-2030.

“PGE juga sedang melakukan studi pengembangan terhadap pemanfaatan langsung geotermal dan dan derivatif dari pemanfaatan energi geotermal dalam program Beyond Energy,” kata Rachmat.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Perwakilan Industri, Herman Darnel Ibrahim menambahkan Indonesia harus memaksimalkan pemanfaatan geotermal untuk mencapai bauran energi 23 persen pada 2025, dan pada ujungnya karbon netral (net zero emission) pada 2060. Dibandingkan dengan EBT yang lain, panas bumi memang memiliki banyak kelebihan.

“Salah satu yang utama adalah pasokannya stabil dan capacity factor-nya tinggi,” ujarnya.

Dengan sifat seperti itu, geotermal berpotensi menjadi pembangkit beban dasar (base-load). Sampai saat ini, hanya pembangkit berbasis fosil yang menjadi pembangkit beban dasar, terutama PLTU yang berbahan bakar batu bara.

“Selain pasokan listriknya stabil, harganya termasuk murah, sementara itu, pembangkit EBT lain seperti air, tenaga surya, dan angin sangat bergantung pada cuaca,” kata Herman.

Herman mengatakan PLTP bisa menjadi pembangkit beban dasar tapi tidak bisa menggantikan sepenuhnya PLTU. Sebagai contoh, berdasarkan Rencana Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, beban puncak di sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali pada 2021 mencapai 29,5 GW, sementara potensi panas bumi di kawasan ini hanya 8 GW.

“Pada 2060, prediksi saya produksi listrik panas bumi berkisar 150 TWh, sementara produksi listrik secara nasional akan mencapai 2.600 TWh,” kata Herman.

Herman mengusulkan strategi pengembangan yang berbeda antara Sumatera-Jawa dengan daerah lain yang memiliki potensi panas bumi.

“Untuk Sumatera dan Jawa, listrik dari geotermal bisa masuk ke grid-nya PLN, untuk mengurangi pasokan listrik dari fosil,” katanya.

Selain itu, masih ada tambahan EBT yang cukup besar dari energi air, surya dan angin. Hanya saja, untuk surya dan angin diperlukan baterai penyimpanan yang masif.

Namun untuk di luar Sumatera dan Jawa, lanjut Herman, maksimalisasi geotermal bisa dilakukan dengan mempercepat pengembangan Kawasan Industri Berbasis Energi Terbarukan dan Kawasan Ekonomi Berbasis Energi Terbarukan.

“Agar pasokan listrik energi terbarukan match dengan pemintaan listriknya, dan sekaligus untuk pengembangan ekonomi di luar Jawa dan Sumatera,” katanya.

Selama ini, menurut Herman, potensi geotermal di luar Sumatera dan Jawa tersebar dan kecil-kecil. Karena itu, pembangunan pembangkit panas bumi harus diselaraskan dengan demand di sekitar wilayah kerja panas bumi atau sebaliknya adanya potensi panas bumi di suatu daerah bisa mendorong pengembangan pusat-pusat industri atau pusat ekonomi.

“Tentu saja ini dengan mempertimbangkan potensi industri atau ekonomi di wilayah tersebut,” ujar dia. (ANT)

Tags: Energi Panas BumiGeothermalGreen Energy
Previous Post

Hukuman Mati di Myanmar ‘Upaya Keji untuk Menanamkan Rasa Takut’ Bagi Rakyat Sipil

Next Post

Persahabatan Tanpa Batas, Rusia-China Resmikan Jembatan Penghubung Kedua Negara

Related Posts

Presiden Jokowi Galang Negara G7 Investasi Energi Bersih di Indonesia
Energi Hijau

Presiden Jokowi Galang Negara G7 Investasi Energi Bersih di Indonesia

June 27, 2022
Pulau Messah: Dulu Gelap Gulita, Kini Panen Terik Surya
Energi Hijau

Pulau Messah: Dulu Gelap Gulita, Kini Panen Terik Surya

June 24, 2022
CLIMATE ACTION: Presidensi G20 Indonesia Dorong MDBs Implementasi Keuangan Hijau
Energi Hijau

CLIMATE ACTION: Presidensi G20 Indonesia Dorong MDBs Implementasi Keuangan Hijau

June 19, 2022
PLN Dukung Penuh Peningkatan Energi Hijau di Indonesia
Energi Hijau

MHI Mulai Studi Kelayakan Penggunaan Amonia untuk Pembangkit Listrik di Indonesia

June 9, 2022
Indonesia Sambut Antusias Proyek Hidrogen Hijau Australia Tahun ini
Energi Hijau

Indonesia Sambut Antusias Proyek Hidrogen Hijau Australia Tahun ini

June 7, 2022
Denmark Komitmen Investasi Hijau di Indonesia 1
Energi Hijau

Denmark Komitmen Investasi Hijau di Indonesia

June 6, 2022
Next Post
Persahabatan Tanpa Batas, Rusia-China Resmikan Jembatan Penghubung Kedua Negara 2

Persahabatan Tanpa Batas, Rusia-China Resmikan Jembatan Penghubung Kedua Negara

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Konservasi Raja Ampat, Pemerintah Indonesia Diganjar Blue Park Awards
  • Di Forum UNOC, Indonesia Ungkap Komitmen 32,5 Juta Hektar Kawasan Konservasi Perairan
  • EKONOMI INDONESIA: Pendapatan Negara Semester I/2022 Tembus Rp1.317,2 Triliun
  • Energy Expert, Inovasi Alibaba Cloud untuk Menghitung Emisi Karbon
  • Pekerja Mogok Kerja, Penerbangan di Bandara Paris Lumpuh  
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKoreanNorwegianRussian